Reporter: Aceng Nursalim | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. PT Schneider Electric Indonesia menawarkan teknologi hemat energi bagi industri semen. Dengan teknologi ini, industri semen bisa berhemat energi hingga 30%.
Vice President Industry Business PT Schneider Electric Indonesia, Luther Jahja bilang, kebutuhan energi baik gas maupun batubara untuk memproduksi semen biasanya sekitar 60% hingga 70% dari total biaya produksi. Sisanya sekitar 30% adalah biaya listrik. "Jika produsen semen menggunakan teknologi ini, otomatis biaya produksi akan turun. Selain itu, hal itu mengurangi pencemaran lingkungan," ujar Luther, Kamis (22/8).
Kini Schneider tengah membidik produsen semen di Indonesia dan produsen semen di Thailand untuk menjadi konsumen teknologi hemat energi ini. Maklum saja, sebelumnya teknologi ini baru digunakan oleh 20 klien Schneider di China.
Nah, untuk penetrasi penggunaan teknologi ini di Indonesia, "Target kami bisa mengantongi kontrak setengah dari pabrik semen yang ada di Indonesia, dan juga 10 pabrik semen baru," kata Luther.
Dengan teknologi ini, Luther bilang industri semen bisa lebih kompetitif. Alasannya, jika biaya energi bisa ditekan otomatis, ongkos produksi juga turun dan berimbas pada turunnya harga jual semen.
Untuk bisa menikmati teknologi baru ini, industri semen perlu merogoh kocek mulai US$ 200 juta. "Return investasi yang dikeluarkan bisa dinikmati satu tahun kemudian," ungkap Luther.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News