kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sejumlah perusahaan batubara tingkatkan kuota produksi


Senin, 02 September 2019 / 19:26 WIB
Sejumlah perusahaan batubara tingkatkan kuota produksi
ILUSTRASI. Bongkar muat batubara


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan batubara mengajukan revisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB), yang mana dalam revisi itu perusahaan yang memproduksi batubara mengajukan penambahan kuoata produksi.

Terakhir ada sekitar 34 perusahaan batubara yang mengajukan RKAB, pengajuan revisi penambahan kuota produksi ini dibuka sampai akhir Juli 2019 silam.

Dalam hal ini, Kementerian ESDM bakal mencermati sejumlah syarat dan pertimbangan dalam persetujuan revisi RKAB tersebut. Syarat itu khususnya terkait dengan pemenuhan pasokan batubara dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) di sepanjang semester pertama tahun ini.

Salah satu perusahaan yang mengajukan revisi RKAB adalah PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Sekretaris GEMS, Sudin Sudirman menyampaikan pihaknya telah mengajukan revisi RKAB pada Pemerintah.

Ia berharap rencana perusahaan untuk menambah target produksi bisa disepakati oleh pemerintah. "Sampai Jumat kemarin, masih belum disetujui," katanya Senin (2/9).

Baca Juga: Penerapan Permendag ekspor batubara diharapkan kerek premi asuransi pengangkutan

Dalam rencana awal, perusahaan batubara yang tergabung dalam kelompok Sinarmas Grup ini membidik produksi batubara sebesar 25 juta ton hingga 28 juta ton batubara.

Meski begitu, ia masih enggan menyebutkan angka yang diajukan. Yang terang, saat ini perusahaan tengah mengembangkan infrastruktur untuk meningkatkan produksi batubara.

Dari segi penjualannya, GEMS berhasil menjajakan produk mereka ke dalam negeri sebesar 34% hingga semester 1 2019, sementara sisanya mereka memasarkan batubara ke pasar ekspor.

Selain GEMS, PT ABM Investama Tbk juga mengajukan penambahan jumlah produksi batubara. "Kita mengajukan dan sudah mendapat tambahan RKAB sebanyak 350.000 ton di 2019 ini," papar Direktur ABM Investama, Adrian Erlangga pada Kontan.co.id, Senin (2/9).

Lain halnya dengan PT Bumi Resources (BUMI) mereka mengaku tak mengajukan revisi penambahan kuota produksi. Direktur dan Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava menyebut target produksi BUMI pada tahun ini tetap di angka 87 juta ton hingga 90 juta ton.

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) akan diversifikasi bisnis ke sektor hilir batubara

Mengenai revisi rencana kerja dan anggaran biaya ini, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono menuturkan saat ini Kementerian ESDM belum memutuskan penambahan kuota produksi batubara pada tahun ini.

Dengan adanya 34 perusahaan yang mengajukan revisi, Pemerintah berpeluang mengerek target produksi batubara pada 2019. Adapun target awal produksi batubara nasional sebesar 489,12 juta ton. Per Juni Kementerian ESDM mencatat produksi batubara nasional sudah mencapai 175,8 juta ton.

Bambang menambahkan sekarang ini masih dalam tahap evaluasi terhadap perusahaan yang mengajukan revisi meliputi pemenuhan peraturan, misalnya DMO. "(Evaluasi) masalah comply dengan peraturan, comply dengan DMO, kewajiban lingkungan," ungkapnya, Senin (2/9).

Baca Juga: Sawit Sumbermas (SSMS) putar otak untuk membalikkan kerugian di semester I

Ia menargetkan keputusan terkait penambahan produksi batubara bisa rampung pada September 2019. "Belum (ditetapkan), karena kalau saya umumkan sekarang pasti harga turun," tambah Bambang.

Menekan harga batubara

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra menjelaskan penambahan produksi batubara berpotensi menekan harga batubara. Sebab, dengan kondisi pasar batubara yang oversupply, tren penurunan harga batubara acuan (HBA) bisa berlanjut. "Dengan kondisi oversupply pembeli yang mengendalikan harga," ujarnya pada Kontan.co.id.

Di lain sisi, Hendra mengaku produsen batubara memiliki rencana masing-masing untuk kegiatan perusahaannya, tak terkecuali mengajukan revisi peningkatan produksi emas hitam ini.

"Ada yang mungkin sudah pesan alat berat, meminjam uang dari bank untuk kegiatan operasional, ada yang mungkin jual dengan margin tipis, masing-masing punya strategi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×