Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (2/7) lalu, Manajemen EMTK pernah menyebut, transaksi tersebut untuk mendukung kegiatan usaha utama dan memperkuat posisi EMTK sebagai perusahaan teknologi dan digital terkemuka di Indonesia sekaligus memperkaya ekosistem digital.
Penanaman modal untuk perusahaan digital juga dilakukan oleh anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), yakni PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Mei lalu, Telkomsel membenamkan investasi di Gojek sebesar US$ 300 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan investasi perdana Telkomsel ke Gojek pada November 2020 sebesar US$ 150 juta.
Perusahaan digital memang cukup sering terlibat dalam aksi korporasi di tahun ini. Tentu publik masih akrab dengan merger antara Gojek dan Tokopedia pada 17 Mei 2021 lalu. Dari hasil merger tersebut, lahirlah GoTo. Selanjutnya, GoTo direncanakan melakukan IPO di bursa saham Indonesia dan Amerika Serikat.
Ketika dihubungi Kontan.co.id, pihak Gojek masih enggan berkomentar banyak terkait perkembangan rencana IPO GoTo. Yang pasti, IPO menjadi salah satu tujuan GoTo untuk dapat mendukung pertumbuhan perusahaan ke tahap selanjutnya. “Namun, untuk saat ini belum ada detail yang dapat kami sampaikan mengenai rencana tersebut,” ujar Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek, Selasa (6/7).
Tak hanya GoTo, perusahaan digital lainnya yaitu Bukalapak berencana IPO di BEI pada pertengahan Agustus 2021. Bukalapak menargetkan dana hingga US$ 800 juta atau setara Rp 11,2 triliun lewat IPO tersebut.
Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menyampaikan, tren aksi korporasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia saat masa pandemi Covid-19 harus dilihat kasus per kasus.
Dia memberi contoh pada kasus akuisisi MCTN oleh PLN yang merupakan bagian dari transisi alih kelola Blok Rokan dari Chevron kepada Pertamina. Dalam hal ini, PLN berupaya memastikan ketersediaan listrik untuk Blok Rokan dengan cara akuisisi PLTGU yang dikelola MCTN.
Baca Juga: Panca Mitra (PMMP) Cari Margin Lebih Besar dari Produk Bernilai Tambah
Begitu pula dengan rencana pembentukan holding ultramikro yang sudah menjadi bagian dari road map Kementerian BUMN yang memang tengah mengembangkan berbagai holding BUMN di beberapa sektor strategis.
“Jadi, aksi korporasi seperti itu sudah direncanakan sejak lama. Ada atau tanpa pandemi akan tetap dilaksanakan,” ungkap dia, Selasa (6/7).
Aksi korporasi yang melibatkan perusahaan swasta, khususnya sektor digital juga tidak terdampak pandemi Covid-19. Justru, menurut Teguh, terdapat persepsi bahwa e-commerce yang berbasis teknologi digital cukup diuntungkan berkat adanya pandemi Covid-19.
Prospek perusahaan di sektor tersebut tentu cerah di masa depan sekalipun kinerjanya saat ini belum tentu baik. karena banyak investasi yang keluar untuk menarik konsumen.
“Ada anggapan bahwa e-commerce diuntungkan ketika terjadi pandemi, sehingga momentum untuk IPO di tahun ini cukup tepat,” ujar Teguh.
Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) dapat pinjaman US$ 35 juta untuk proyek Subang Smartpolitan