kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.234.000   12.000   0,54%
  • USD/IDR 16.650   -56,00   -0,34%
  • IDX 8.063   -60,54   -0,75%
  • KOMPAS100 1.115   -7,72   -0,69%
  • LQ45 795   -7,50   -0,93%
  • ISSI 281   -1,19   -0,42%
  • IDX30 417   -4,04   -0,96%
  • IDXHIDIV20 475   -3,74   -0,78%
  • IDX80 123   -1,05   -0,85%
  • IDXV30 132   -1,50   -1,12%
  • IDXQ30 131   -0,77   -0,58%

Sektor Hulu Migas Perlu Terapkan Digitalisasi untuk Antisipasi Unplanned Shutdown


Rabu, 16 Februari 2022 / 19:58 WIB
Sektor Hulu Migas Perlu Terapkan Digitalisasi untuk Antisipasi Unplanned Shutdown
ILUSTRASI. Migas. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Digitalisasi operasi dinilai menjadi kunci dalam upaya menjaga kinerja hulu migas termasuk mengantisipasi unplanned shutdown. Seperti diketahui, unplanned shutdown kerap membuat kinerja produksi terpaksa harus terganggu atau tidak berjalan optimal.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengungkapkan, perlu ada transformasi digital pada sektor hulu migas.

Transformasi ini meliputi implementasi sistem untuk memprediksi perawatan, digitalisasi manajemen aset serta peningkatan jaringan Informasi Teknologi. "Sangat efektif mencegah unplanned shutdown dan juga meningkatkan produktivitas," ungkap Moshe kepada Kontan, Rabu (16/2).

Moshe melanjutkan, implementasi ini harus dilakukan seluruh operator termasuk operator lapangan besar. Terlebih, produksi migas nasional masih amat bergantung pada lapangan-lapangan besar.

Baca Juga: Ada Unplanned Shutdown, Produksi Migas Indonesia Tertekan di Awal Tahun

Menurutnya, saat ini implementasi digitalisasi operasional masih minim. Perusahaan masih memilik cara-cara konvensional. "Aset-aset  banyak yang belum terdata secara digital, sehingga lebih sulit dipantau," kata Moshe.

Menurutnya, semakin tua sebuah lapangan migas maka infrastruktur dan instalasi maintenance juga memerlukan transformasi. Hal ini demi memastikan pengawasan dapat dilakukan dengan lebih baik.

Moshe melanjutkan, produksi dan lifting migas pada tahun ini pun bakal bergantung dari besaran investasi yang dikucurkan. "Lapangan-lapangan kita sudah tua, produksi sudah menurun. kalau business as usual ya akan tetap turun," papar Moshe.

Sebelumnya, Moshe mengungkapkan tren peningkatan harga minyak terjadi sejak kuartal III 2021 lalu. Adapun, kenaikan yang terjadi belakangan ini dipengaruhi konflik Rusia-Ukraina. Kendati demikian, kenaikan ini diproyeksikan hanya bersifat sementara. "Jadi iklim investasi masih volatile saat ini," pungkas Moshe.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×