Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti dan perbankan diyakini bakal menjadi andalan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Ini seiring dengan kinerja kedua sektor tersebut yang mulai membaik sejak awal tahun.
Guna mendorong pertumbuhan perumahan, pemerintah memberikan dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain itu, pemerintah juga telah memperluas akses bagi masyarakat untuk kepemilikan rumah yaitu dengan mengeluarkan pajak intensif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah, (PPN DTP).
Sedangkan tahun 2022, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembiayaan perumahan rakyat melalui skema FLPP sebesar Rp 23 triliun atau 200.000 unit.
“Langkah strategis dari sisi suplai, Kementerian PUPR memberi tugas khusus pada Perumnas untuk mempercepat penyediaan perumahan layak huni dengan harga terjangkau,” ungkap Herry Trisaputra Zuna, Direktur Jendral Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian (PUPR) dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (29/10).
Selain itu, mendorong pembangunan hunian vertikal dengan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) di kawasan perkotaan, meningkatkan ketersediaan landbank, dan pemberian kredit konstruksi perumahan oleh PT Sarana Multi Finansial (SMF).
Baca Juga: Ini rekomendasi saham SMRA usai catatkan kenaikan marketing sales hingga kuartal III
Menurut Herry, pemerintah menargetkan peningkatan keluarga dengan rumah layak huni sebesar 70% dari semula hanya 56% atau ekuivalen dengan 11 juta keluarga, dalam Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2015.
Dimana, pada periode 2015 – 2019 pemerintah telah berhasil membangun 41,7 juta unit dan tahun 2020 sebanyak 960 ribu unit. “Adapun pencapaian hingga September 2021 sebanyak 763 unit. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” paparnya.
Dalam webinar Banking and Properti Outlook 2022, Ketua Umum Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida memperkirakan industri properti diprediksi akan tetap tumbuh pada tahun 2022. Ini didorong oleh sentimen positif seperti suksesnya program vaksinasi Covid-19 yang akan memicu pertumbuhan ekonomi pada tahun mendatang.
Dia menjelaskan, terdapat beberapa kombinasi insentif pemerintah yang diterapkan untuk memerangi dampak negatif Covid-19 terhadap perekonomian, antara lain, UU Cipta Kerja No. 11/2020 yang telah mulai berlaku, yang akan memangkas birokrasi perizinan, sehingga menciptakan lingkungan yang ramah bisnis.
Kebijakan restrukturisasi utang sebagai countercyclical policy oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang membantu pelaku usaha menghadapi masalah keuangan akibat pandemi.
Penurunan suku bunga acuan (BI Rate) ke rekor terendah, jika ada perpanjangan relaksasi PPN 100% untuk properti dengan harga kurang dari Rp 2 miliar rupiah dan 50% untuk properti dengan harga di bawah Rp 5 miliar, dan relaksasi pembatasan Covid-19.
GM Corporate Marketing PT Graha Buana Cikarang (Jababeka Residence) Eric Limansantoso mengungkapkan, industri properti adalah industri yang bisa beradaptasi termasuk dalam situasi Covid-19 seperti saat ini. Itu sebabnya, pihaknya optimis industri properti akan bangkit pada tahun 2022.
“Apapun yang terjadi dengan Covid-19 atau yang lain, kita pengembang bersama asosiasi, perbankan dan pemerintah tetap harus bergerak, kami yakin bahwa kami ini adalah industri yang akan terus beradaptasi dan kami akan bisa menemukan jalan keluar,” ujarnya.
Baca Juga: Sejumlah bank besar optimistis penyaluran kredit bisa tumbuh lebih tinggi di 2022
Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma mengungkapkan ARFI telah melakukan langkah strategis dalam menunjang peranan baja ringan di sektor properti. Diantaranya meningkatkan utilisasi produksi, pemberlakuan SNI wajib profil baja ringan SNI 8399-2017, memenuhi syarat TKDN, dan tata kelola impor.
"Langkah strategis ini bertujuan meningkatkan produktifitas dan daya saing industri baja ringan, yang pada akhirnya akan mendorong upaya pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.
Sementara, Project Director LRT City Sentul Nanang Safrudin Salim memandang penjualan hunian berkonsep Transit Oriented Development (TOP) di tahun 2022 masih akan mengungguli penjualan properti, khususnya kaum milenial dan urban.
Senior Vice President Nonsubsidized Mortgage & Personal Lending Division (NSLD) Bank BTN Suryanti Agustinar mengungkapkan, perbankan termasuk BTN fokus pada sektor perumahan dalam mendukung pemulihan sektor properti semasa pandemi Covid-19.
Menurutnya, sektor perumahan tetap tumbuh positif di tengah pandemi. Pada ekosistem perumahan, Bank BTN memiliki peran strategis sebagai enabler yang memberikan pembiayaan sisi suplai melalui kredit konstruksi kepada developer maupun sisi idengan memberikan KPR kepada masyarakat.
“BTN memberikan dukungan kredit dalam rangka percepatan pembangunan perumahan maupun kepemilikan lahan. Jadi kita support developer dari sisi pembiayaan agar kendala-kendala dalam pembangunan perumahan dapat teratasi,” jelasnya.
Pengamat properti Ali Tranghanda, mengungkapkan, Indikator perekonomian nasional telah menunjukkan kondisi yang membaik sejak pandemi di awal tahun 2021. Selain itu, laju perekonomian nasional telah mengalami pertumbuhan positif pada Q2-2021 sebesar 3,31% (qtq), meskipun sebagian masih ditopang oleh tingkat pembelanjaan negara, namun demikian hampir semua sektor industri mengalami pertumbuhan lebih baik di Q2-2021.
Dia menjelaskan, kebijakan penghapusan/pengurangan PPN untuk rumah ready stock yang dimulai sejak 1 Maret 2021 berdampak positif bagi penjualan rumah ready stock. Hal ini tergambar dari peningkatan sebesar 661,0% selama Q1-2021 meskipun kebijakan ini baru berjalan 1 bulan.
Beberapa pengembang besar yang memiliki rumah ready stock mengalami peningkatan penjualan. Sebagian pengembang mempercepat pembangunan rumahnya melalui unit pre-cast untuk mengejar batas waktu siap huni sampai Desember 2021.
“Namun harus dicermati, peningkatan yang terjadi pada ready stock ini tidak terjadi pada penjualan rumah indent yang justru mengalami penurunan penjualan 4,9%. Dimana 16,3% dari total penjualan unit berasal dari unit ready stock,” ungkapnya.
Meski kondisi makin membaik, Ali juga mewanti-wanti agar pengembang jangan lengah, karena para Investor mempunyai batas daya beli untuk membeli properti. Selain itu, segmen pasar akan kembali ke segmen yang lebih membumi seiring dengan peningkatan daya beli dan ingat pandemi Covid-19 masih membayangi.
Selanjutnya: Zebra Nusantara (ZBRA) akan luncurkan toko online menyasar B2B
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News