kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sempat terpangkas pandemi, industri rantai pendingin diproyeksi tumbuh 30% tahun ini


Kamis, 22 April 2021 / 14:50 WIB
Sempat terpangkas pandemi, industri rantai pendingin diproyeksi tumbuh 30% tahun ini
ILUSTRASI. Gudang beku (cold storage) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap, Jawa Tengah.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi covid-19 turut memangkas kinerja industri rantai pendingin (cold chain) pada tahun lalu. Permintaan yang meningkat dari segmen industri farmasi tidak banyak menolong, lantaran demand dari industri lainnya yang merosot cukup signifikan.

Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni membeberkan, kinerja industri cold chain memang perlu dirunut per masing-masing segmen dari hulu hingga hilir. Namun secara rerata, kinerja bisnis rantai pendingin turun sekitar 40%-45% mengikuti alur dan hasil produksi industri terkaitnya.

"Penurunan tersebut karena cukup banyak yang menunda pekerjaan instalasi logistik berpendingin dari hulu ke hilir, walau sudah ada kontrak kerja di 2020," ungkap Hasanuddin kepada Kontan.co.id, Kamis (22/4).

Segmen instalasi dan pengadaan logistik berpendingin tertolong dengan penyelesaian pekerjaan di Semester I-2020 yang telah dimulai sejak akhir 2019. Selanjutnya, pembuatan mini storage dan cold chain logistik untuk industri farmasi turut menopang kinerja bisnis rantai pendingin pada tahun lalu.

Baca Juga: Simak Bagaimana Rantai Bisnis Distribusi Vaksin Bekerja

Menurut Hasanuddin, permintaan dari sektor farmasi pada tahun lalu melesat hingga 45%. Meski begitu, dia menegaskan bahwa secara keseluruhan porsi demand dari industri farmasi tidak begitu signifikan. Dia memberikan gambaran, pemakaian cold storage untuk farmasi hanya berkisar 3%-4% sebelum pandemi, dan meningkat menjadi 5%-6% pada tahun lalu.

Secara volume, sambung Hasanuddin, demand industri rantai pendingin ditopang oleh segmen makanan beku (frozen food) dengan porsi sebesar 20% sebelum pandemi. Pada tahun lalu, terjadi kenaikan 17% sehingga demand dari frozen food naik menjadi 37%.

Sedangkan untuk instalasi baru gudang berpendingin, realisasi pada tahun lalu hanya mencapai 97.500 ton, merosot dari instalasi baru tahun 2019 yang sebanyak 187.500 ton. Penurun juga terjadi pada instalasi baru reefer truck dan reefer vehicle, dari 1.890 unit menjadi 795 unit saja.

"Demand untuk logistik berpendingin realnya di 34,6 juta ton per tahun. Tetapi yang terkelola dengan rantai pendingin hanya sekitar 11,2 juta ton saja, karena ada perlambatan turn over dipenyimpanannya," sambung Hasanuddin. 

Pada periode Kuartal I-2021, pelaku usaha di rantai pendingin pun telah membuat penghitungan ulang. Sebabnya, beberapa komponen mesin dan bahan baku panel insulasi untuk instalasi logistik berpendingin rerata naik 15%-30%. Akibatnya, biaya instalasi per tonase ruang dingin naik sekitar 10%-15%.

Baca Juga: Vaksin Sinovac siap didistribusikan tahun depan, begini respon JAS Airport Service

Hasanuddin bilang, mayoritas pelaku usaha cold chain pada tahun ini menargetkan kenaikan volume produksi atau omzet penjualan, yang dilakukan dengan mengurangi marjin. Dia memproyeksikan, kinerja industri rantai pendingin tahun ini secara umum bisa tumbuh hingga 30% dibandingkan tahun lalu.

Namun, kenaikan tersebut belum mampu mengangkat industri rantai pendingin ke level normal sebelum adanya pandemi covid-19. "(Proyeksi pertumbuhan 30% di 2021) masih turun 10%-15% dibandingkan tahun 2019. Pengerjaan proyek instalasi sudah dimula real berdasar kontrak baru tahunan di April ini," jelas Hasanuddin.

Baca Juga: Bisnis Vaksin Corona Bakal Semakin Menyehatkan Holding BUMN Farmasi

Dia juga menambahkan, vaksinasi covid-19 turut mengangkat permintaan rantai pendingin. Menurutnya, permintaan untuk vaksinasi mendorong kenaikan 30% pada rantai dingin di industri farmasi. Meski secara keseluruhan, demand farmasi hanya memegang porsi 5%-6% dalam setahun.

Hasanuddin bilang, infrastruktur dan perlengkapan rantai pendingin untuk distribusi dan penyimpanan vaksin relatif sudah siap untuk Jawa, Bali dan Sumatra. Namun untuk wilayah Indonesia Tengah dan Indonesia Timur, masih diperlukan tambahan drop reefer container, reefer truck, reefer vehicle serta cool box yang sesuai dengan kapasitas infrastruktur yang tersedia di masing-masing daerah.

Selanjutnya: Tekan impor barang konsumsi, Menteri Perdagangan terbitkan beleid anyar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×