Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sertifikat Energi Baru Terbarukan atau Renewable Energy Ceritifcate (REC) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) semakin digandrungi kalangan industri.
Mulai dari industri jasa pertambangan, otomotif, bahkan alas kaki menilai sertifikat ini bisa membantu industri meningkatkan nilai tambah produknya di pasar global.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Gregorius Adi Trianto mengatakan dunia saat ini sedang mengarah pada upaya mitigasi perubahan iklim.
Baca Juga: Diakui Global & Dorong Bauran Energi, Sertifikat EBT PLN Diminati Ratusan Korporasi
Maka PLN hadir untuk membuka ruang kolaborasi dan menciptakan siklus keberlanjutan terutama bagi corporate buyer yang memiliki komitmen terhadap pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) khususnya dari pemakaian listrik.
“Sampai dengan November 2022 terdapat 260 pelanggan corporate yang sudah menggunakan layanan REC PLN,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (26/12).
PLN merespons kebutuhan global untuk opsi penyediaan energi terbarukan yang diakui oleh standar international seperti 'RE-100 Best Practices Guidelines' dan standar 'Carbon Disclosure Project' (CDP) untuk pembelian dan pelaporan energi terbarukan.
Jika sebelumnya layanan REC yang memiliki standar internasional ini hanya dinikmati melalui sistem di luar negeri, sekarang sudah tersedia di dalam negeri dan bersumber dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Baca Juga: Hyundai Indonesia Kerja Sama Dengan PLN Dapatkan Sertifikat Energi Terbarukan
Lebih lanjut Greg menjelaskan, setiap perusahaan yang beroperasi di wilayah Indonesia memiliki kesempatan dalam pembelian REC, dikarenakan konsep REC yang borderless, sehingga tidak mengharuskan perusahaan berada di grid/jaringan yang sama dengan pembangkit EBT yang terdaftar pada tracking platform.
Dalam menerbitkan REC, PLN bekerja sama dengan TIGRs APX sebagai tracking platform yang sudah diakui secara internasional.
Sebagian besar corporate buyer dari REC PLN juga merupakan perusahaan multinasional yang mendapatkan mandat dari perusahaan holding/headquarter global untuk memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap energi terbarukan.
Seperti contoh perusahaan dengan basis global di Amerika, Swedia, Jepang, Inggris Raya, dan lain-lain. “Layanan REC ini bisa dengan mudah didapatkan seluruh pelanggan PLN dan juga non pelanggan PLN,” ujar Greg.
Ke depan, PLN sedang menyiapkan layanan Green Energy as a Service sebagai bentuk inovasi dari solusi penyediaan EBT, di mana corporate buyer dapat memilih pembangkit EBT yang tersedia dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN sebagai sumber energi terbarukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Baca Juga: Mulai 1 Januari 2023, 100% listrik di Pabrik HMMI akan Berasal dari Energi Terbarukan
Selain itu, PLN juga akan mendaftarkan pembangkit-pembangkit lain dengan jenis EBT yang berbeda-beda.
Asal tahu saja, saat ini PLN memiliki 4 Sumber EBT yang sudah didaftarkan pada system Tracking APX TIGRs, yaitu PLTP Kamojang 140 Megawatt (MW), PLTA Bakaru 130 MW, PLTP Lahendong 80 MW, dan PLTP Ulubelu 110 MW.
Adapun total kapasitas energi tersedia sebesar 3 juta REC atau 3 TWh energi terbarukan per tahun. Greg menegaskan, kapasitas ini akan terus ditingkatkan seiring pertumbuhan demand REC, mengingat PLN memiliki potensi sumber EBT yang sangat besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News