Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten batubara dalam negeri tahun ini masih harus berhadapan dengan penurunan harga batubara global.
Merujuk Trading Economics, Kamis (20/02), harga batubara Newcastle berada pada level US$ 103,5 per ton.
Jika dibandingkan, harga batubara per hari ini mengalami kenaikan 2,63% secara day on day (dod), turun 13,4% month on month (mom), dan turun sebanyak 13,46 % year on year (yoy).
Lebih detail sejak awal tahun ini, harga batubara telah turun US$ 23,25 per metrik ton (MT) atau 18,56%, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan komoditas ini.
Terkait adanya tren penurunan harga batu bara ini, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengakui hal tersebut akan berdampak pada pendapatan perseroan tahun ini. Namun PTBA telah mengantisipasi dinamika pasar dengan strategi efisiensi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Harga Batubara Jeblok Dekati Level Terendah 4 Tahun, APBI Sebut Efek Sampingnya
"Kami terus memperkuat fundamental bisnis melalui optimalisasi biaya, peningkatan produktivitas, serta diversifikasi pasar ekspor untuk menjaga profitabilitas dan ketahanan perusahaan dalam berbagai siklus harga," ungkap Corporate Secretary Bukit Asam, Niko Chandra saat dihubungi, Selasa (18/02).
Di tahun ini, Niko bilang sesuai dengan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang telah disetujui PTBA menargetkan produksi sebesar 50 juta ton.
"Dengan strategi yang adaptif, kami berkomitmen untuk terus meningkatkan efisiensi dan mencari peluang pertumbuhan yang berkelanjutan," tambahnya.
Strategi yang hampir sama juga diterapkan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Direktur ITMG, Yulius Gozali mengatakan pihaknya akan tetap konsisten dengan menjalankan operasional secara efisien, melakukan kendali biaya, serta optimalisasi harga jual.
"Penurunan ini dipengaruhi oleh melemahnya permintaan China dan India, meski permintaan domestik dan regional masih tetap menopang pasar," kata Yulius, Kamis (20/02).
Meski begitu, ia menegaskan rencana produksi tahun ini akan tetap berjalan, diiringi dengan strategi adaptif untuk menjaga profitabilitas dan memastikan dampak terhadap kinerja perusahaan dapat dikelola dengan baik.
Adapun, emiten grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang memproduksi batubara melalui anak usahanya PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan PT Tuah Turangga Agung (TTA) menyatakan penurunan harga adalah hal yang alamiah terjadi dalam industri batubara.
"Dampak penurunan harga batu bara akan tercermin pada pendapatan yang diperoleh dari bisnis tambang atau penjualan batubara. Hal ini sudah alamiah," kata Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis kepada Kontan, Rabu (19/02).
Sara menambahkan, produksi batubara UNTR difokuskan untuk pasar ekspor. Dan meskipun ada penurunan harga batubara global, penjualan tahun ini diprediksi masih akan tetap meningkat dibandingkan penjualan sepanjang tahun lalu.
"Proyeksi penjualan batubara kami di 2025 adalah 14-an juta ton, jika dibandingkan tahun lalu yang sebesar 13-an juta ton," tutupnya.
Baca Juga: Pemerintah-DPR Revisi UU Minerba, Hambar Bagi Pasar Saham
Selanjutnya: Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Surplus US$7,9 Miliar pada Kuartal IV 2024
Menarik Dibaca: 25 Twibbon Hari Bahasa Ibu Internasional 2025, Diperingati Tanggal 21 Februari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News