Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia berupaya mengantisipasi penyebaran virus COVID-2019 lewat hewan dengan mengeluarkan aturan pelarangan impor sementara untuk binatang hidup seperti ayam dan sapi dari China.
Adapun peraturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020 yang berlaku sejak 7 Februari 2020. Meski demikian, aturan ini tidak berdampak pada PT Sierad Produce Tbk (SIPD) sebagai emiten pangan berbasis unggas.
Baca Juga: Menakar Dampak Penguatan Rupiah Bagi Emiten Poultry
Direktur Utama Sierad Produce Tommy Wattemena menyatakan beleid tersebut tidak berdampak terhadap kegiatan operasional Sierad karena perusahaan tidak mengandalkan pasokan bibit unggas dari luar negeri. " Selama ini Perseroan hanya menggunakan pasokan lokal (dalam negeri)," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/2).
Tommy mengungkapkan sejauh ini ketersediaan bibit ayam Perseroan sudah cukup untuk menjaga keseimbangan supply dan demand pasar. Adapun Tommy bilang SIPD selalu mengedepankan kualitas ayam dan telur hasil produksi dengan memastikan kesehatan unggas termasuk para pekerja yang berinteraksi dengan unggas tersebut.
Lebih jelasnya, tindakan yang dilakukan antara lain melaksanakan vaksinasi avian influenza untuk induk ayam dan melaksanakan vaksinasi human influenza secara rutin kepada karyawan. Perseroan juga menerapkan proses biosecurity yang ketat di seluruh peternakan milik SIPD.
Baca Juga: Sentimen positif menyelimuti emiten poultry, simak saham yang layak dikoleksi
Di sepanjang 2020, Tommy melihat tidak ada katalis eksternal yang akan signifikan menggoyang dinamika pasar sektor pakan ternak. Bahkan ia menyatakan tahun ini kemungkinan besar skenarionya sama dengan tahun lalu yakni petani akan bekerjasama dengan semua pihak untuk lebih mengendalikan harga lewat supply.
Tommy bilang perusahaan akan fokus pada produk yang memberikan added value dan membidik pangsa pasar value for money yang juga menghargai kualitas tidak hanya murah.
Tidak hanya dari sisi penjualan, Tommy mengungkapkan di sisi internal perusahaan melakukan perombakan cara bekerja yang lebih efisien sehingga bisa mengontrol biaya.
Baca Juga: Harga ayam masih jatuh, Pinsar Indonesia desak pemerintah lakukan afkir dini
Sierad Produce membidik pertumbuhan penjualan double digit atau sebesar 15% di sepanjang 2020. Tentu perusahaan perunggasan ini telah menyiapkan anggaran belanja modal untuk memuluskan targetnya.
Walau begitu, Tommy tidak bisa blak-blakan menyebut berapa besar anggaran capex-nya, tapi yang pasti modal tersebut akan fokus digunakan untuk investasi ke teknologi informasi (TI) yang diklaim bisa meningkatkan sekitar 30% proyek strategis seperti Smartfarm.
Selain itu, perusahaan akan membangun infrastruktur TI berbasis cloud dan sistem penjualan yang terdigitalisasi. Selain itu, belanja modal juga akan digunakan untuk keperluan distribusi dan logistik produk beku. "Sisa capex akan lebih banyak untuk maintenance," kata Tommy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News