Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 tak hanya membuat konsumsi (demand) listrik anjlok, melainkan juga menghambat sejumlah proyek ketenagalistrikan. Megaproyek 35.000 Megawatt (MW) pun ikut terganjal, lantaran ada sejumlah proyek pembangkit, transmisi dan gardu induk yang terdampak Covid-19.
Merujuk data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM yang diterima Kontan.co.id, ada 17 proyek pembangkit yang dilaporkan terdampak Covid-19, dalam bentuk keterlambatan pengiriman material dan tenaga kerja. Dari jumlah tersebut, 7 proyek pembangkit terdampak signifikan dan 10 proyek pembangkit lainnya tidak signifikan.
Data tersebut menyebutkan, ada 7 proyek yang terdampak signifikan memiliki total kapasitas 6.510 MW. Covid-19 membuat keterlambatan dan berdampak pada kenaikan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) pembangkitan listrik serta penurunan keandalan.
Baca Juga: Diprediksi kembali molor, megaproyek 35.000 MW baru beroperasi 23% di semester I-2020
Ditjen Ketenagalistrikan pun mendata progres proyek dari 29 Februari 2020 hingga 30 Juni 2020. Rincian, 7 pembangkit yang terdampak signifikan itu adalah:
- PLTU Meulaboh 3 & 4 (2 x 200 MW) yang terkendala tenaga kerja dan pengiriman material. Progres proyek per 29 Februari baru 22% dan tidak bergerak atau masih 22% hingga 30 Juni 2020.
- PLTU Mulut tambang Sumsel-8 (2 x 600 MW) yang terkendala delay pengiriman material. Meski begitu, ada progres dari semula 31,41% menjadi 39,38%.
- PLTU Jawa 1 (1 x 1.000 MW), karena keterlambatan pengiriman material. Namun proyek tetap berjalan, dari yang semula 72,71% menjadi 81,15%
- PLTU Jawa 4 (2 x 1.000 MW) karena tidak dapat memobilisasi engineer dan adanya keterlambatan pengiriman material. Namun progres tetap berjalan, dari yang semula 90,55% menjadi 94,15%.
- PLTU Kalbar 1 (2x100 MW), karena tidak dapat memobilisasi engineer dan adanya keterlambatan pengiriman material. Proyek masih belum bergerak di angka 96,69% per Februari hingga Juni 2020.
- PLTGU Jawa-1 (2 x 800 MW) karena ada keterlambatan material. Namun, tetap proyek terprogres dari 59,31% menjadi 82,35%.
- PLTA Jatigede (2 x 55 MW), karena tidak dapat memobilisasi tenaga kerja dan terhambatnya pengiriman material. Namun proyek masih berjalan dari 79,54% menjadi 81,58%.
Selain 7 proyek pembangkit di atas, sebenarnya ada juga PLTU Bengkulu (2 x 100 MW) yang sempat terdampak signifikan oleh Covid-19. Namun, pembangkit ini telah berhasil menyelesaikan proyeknya dan beroperasi pada 26 Maret 2020 lalu.
Adapun, 10 proyek pembangkit 35.000 MW yang terdampak Covid-19 namun tidak signifikan adalah:
- PLTU MT Sumsel-1
- PLTU Jawa-7
- PLTU Lontar Ekstension
- PLTU Kalbar-2
- PLTU kalteng-1
- PLTU Sulbagut-1
- PLTU Sulut-3
- PLTU Sulut-1
- PLTU Barru-2
- PLTU Nabire
Baca Juga: Uni Emirat Arab (UEA) operasikan reaktor pertama dari PLTN Barakah
Tak hanya pembangkit, Covid-19 juga menghambat proyek transmisi dan gardu induk. Per 30 April 220 dilaporkan ada 55 proyek konstruksi transmisi dan gardu induk yang terdampak keterlambatan pengiriman material dan tenaga kerja akibat status darurat Covid-19.
4 proyek diantaranya terdampak signifikan dan berdampak pada kenaikan BPP serta penurunan keandalan. 4 proyek tersebut terdiri dari:
- Gardu Induk 150 Kv Ulee Kareng
- Gitet 500 Kv Perawang
- Proyek transmisi Lontar - Tangerang Baru II
- Gitet 275Kv/150 Kv Wotu (Ext)
Dari sisi proyek pembangkit 35.000 MW, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan bahwa akan ada penyesuaian jadwal operasional. Hingga Juni 2020, baru ada 200 unit pembangkit yang yang beroperasi (COD/SLO) dengan kapasitas 8.187 MW atau 23% dari keseluruhan proyek.
Mayoritas proyek masih dalam masa konstruksi yakni sebanyak 98 unit pembangkit dengan kapasitas 19.250 MW (54,2%). Selanjutnya, ada 45 unit pembangkit berkapasitas 6.528 MW (18,4%) masih dalam fase kontrak belum konstruksi.
Sedangkan 24 unit pembangkit berkapasitas 839 MW (2,4%) masih dalam tahap pengadaan, dan 30 unit pembangkit dengan kapasitas 724 MW (2%) masih dalam perencanaan.
Dengan penurunan demand akibat pandemi Covid-19, akan ada pergeseran jadwal COD di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk tidak membebani operasional PT PLN (Persero).
Baca Juga: Subsidi listrik tahun ini diproyeksikan bakal membengkak menjadi Rp 62,93 triliun
"Karena ada penurunan demand, maka kemudian di RUPTL akan digeser jadwal COD-nya untuk tidak membebani lebih jauh ke operasional PLN," kata Rida dalam konferensi pers virtual yang digelar Kamis (30/7).
Rida memang belum membeberkan detail penyesuaian jadwal megaproyek 35.000 MW tersebut. Yang jelas, pihak Kementerian ESDM masih terlebih dulu menunggu usulan RUPTL dari PLN. "Intinya kita masih menunggu RUPTL baru dari PLN. Tapi ada yang memang diundur, pembangkit terutama," pungkas Rida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News