kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Strategi Sreeya Sewu Indonesia (SIPD) Kejar Pertumbuhan Bisnis Tahun Ini


Sabtu, 16 April 2022 / 15:15 WIB
Simak Strategi Sreeya Sewu Indonesia (SIPD) Kejar Pertumbuhan Bisnis Tahun Ini


Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT Sreeya Sewu Indonesia tbk (SIPD) mengungkapkan, di tahun ini pihaknya masih akan fokus untuk mempercepat realisasi investasi breeding yang tengah dijalankan perusahaan.

Strategi ini dilakukan untuk menunjang utilisasi produksi pakan ternak ke depan. Namun demikian, Sreeya belum bisa buka-bukaan lebih detail terkait perkembangan dari investasi tersebut. 

Tak hanya di sektor hulu, SIPD juga memiliki strategi bisnis tersendiri untuk mengembangkan lini bisnis mereka di sektor hilir. Salah satunya lewat peluncuran produk baru. 

Chief Financial Officer dan Corporate Secretary SIPD Sri Sumiyarsi menyatakan, pada Maret lalu, Sreeya baru saja meluncurkan produk bernilai tambah, yaitu Royal Gangnam Chicken dan Itaewon Chicken, ayam goreng ala Korea dibuat dari ayam nanas.

Baca Juga: Wika Beton (WTON) Raih Kontrak Baru Rp 1,66 Triliun pada Kualtal I 2022

"Harapannya dengan peluncuran produk ayam goreng ala korea ini bisa mendongkrak gairah konsumen," ungkap Sri, saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/4) lalu. 

Namun sayang, Sri tidak bicara lebih lanjut mengenai target penjualan dari produk anyarnya ini. 

Di tahun 2022 ini, perusahaan memiliki ambisi untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang positif. SIPD berharap, realisasi penjualan maupun laba, dapat tumbuh masing-masing dua digit dibandingkan tahun sebelumnya. 

Sri menuturkan, kinerja revenue hingga kuartal pertama tahun ini bisa dikatakan masih sesuai dengan target yang dibidik. Hanya saja, SIPD memiliki kendala dari sisi laba yang mengalami tekanan, lantaran beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan, seperti gejolak fluktuasi harga bahan baku, baik itu jabung dan juga bungkil kacang kedelai. 

"(Kemudian) ada pelemahan harga DOC, ditambah instruksi program pemusnahan (culling program) dari Direktorat Jenderal Peternakan, yang mengurangi pasokan DOC berjalan serta berimbas pada kenaikan beban biaya produksi penjualan perseroan," jelas Sri.

Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih Bumi Resources Minerals (BRMS) Kompak Naik di 2021

SIPD belum merilis secara resmi laporan keuangan tahun buku 2020.  Adapun, hingga kuartal III-2021, Sreeya tercatat membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 33% menjadi Rp 4,08 triliun. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2020, penjualannya hanya mencapai Rp 3,08 triliun. 

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, capaian penjualan Sreeya di tahun 2021, di antaranya didukung oleh sektor feedmil dan sektor food yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 31% dan 15%.

Dari sisi bottom line, Sreeya terpantau membukukan rugi tahun berjalan sebesar Rp 71,46 miliar pada akhir September 2021 lalu. Sedangkan akhir September 2020, perusahaan ini masih mencetak laba hingga Rp 31,28 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×