kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Smartfren ogah ikut menanggung utang BTEL


Selasa, 28 Oktober 2014 / 08:00 WIB
Smartfren ogah ikut menanggung utang BTEL
ILUSTRASI. Gambar Hari Kenaikan Isa Almasih 2023.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Setapak demi setapak, kongsi berbagi jaringan antara PT Smartfren Telecom Tbk dengan PT Bakrie Telecom Tbk mulai memasuki tahapan lebih teknis. Kedua perusahaan itu menargetkan rencana konsolidasi jaringan rampung paling lambat akhir tahun ini. 

Namun, ada satu yang pasti yang dipegang Smartfren dalam perjanjian itu. Perusahaan berkode FREN di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu memastikan konsolidasi tersebut bukan merger karena Smartfren ogah menanggung utang Bakrie Telecom.

Deputy Chief Executive Officer Smartfren Telecom Djoko Tata Ibrahim, pada Senin (27/10), menegaskan, "Utang itu urusan masing-masing perusahaan. Di sini pembahasan hanya dibatasi persoalan berbagi jaringan atau network sharing untuk mengoptimalkan frekuensi."

Sebagai informasi, catatan utang Bakrie Telecom atau perusahaan yang tercatat dengan kode BTEL di BEI pada semester I-2014 adalah Rp 10,2 triliun. Sementara catatan utang Smartfren di periode yang sama, yakni Rp 13,55 triliun.

Saat ini, Smartfren sedang membikin tim khusus yang menangani proses negosiasi itu. Sebab, ada banyak hal yang harus dibahas menyangkut persoalan teknis. Sebut saja, penanganan pelanggan dan implementasi jaringan. 

Lantaran cukup intensif melakukan pertemuan dengan Bakrie Telecom, Smartfren meyakini kongsi bisnisnya itu bisa beres secara business to business (B2B). Dengan kata lain, tak perlu menunggu mediasi dari pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Yang pasti, di frekuensi 850 mega hertz (MHz), Smartfren  akan menggunakan teknologi frequency division duplex long term evolution (FDD LTE). Disamping itu, Smartfren juga akan mengembangkan teknologi time division duplex long term evolution (TDD LTE) pada frekuensi 2,3 giga hertz (GHz).

Seperti yang pernah KONTAN beritakan sebelumnya, pemerintah telah mengeluarkan aturan agar Smartfren memindahkan frekuensi yang dimanfaatkannya saat ini, yakni 1,9GHz ke frekuensi  2,3GHz. Pemerintah memberi batas waktu migrasi frekuensi itu selama dua tahun, terhitung mulai tahun ini.

Nah, mengenai proses migrasi itu, Smartfren mengaku sudah bertindak dengan menggelar tender pengadaan perangkat serat optik dan microwave dari teknologi CDMA yang masih bisa digunakan untuk diubah ke TDD LTE di frekuensi 2,3 GHz. Empat nama perusahaan terlibat dalam tender itu, yakni Nokia, ZTE, Samsung, dan Huawei. 

Djoko mengatakan, "Sebentar lagi sudah ada pemenangnya." Pasca nama pemenang keluar, barulah  enam bulan berikutnya, proses migrasi bisa dilakukan.

Selain menggelar tender, dari sisi internal, Smartfren juga sudah menyiapkan perangkat handset, seperti telepon pintar atau smartphone dan modem yang bisa beroperasi di frekuensi 2,3 GHz dan 850 MHz. Atas dasar itulah, Smartfren optimistis mampu menjaring pelanggan.

Perusahaan itu mengklaim, sejauh ini mendekap 12 juta pelanggan. Dari jumlah itu, total pelanggan data sebanyak ada enam juta pelanggan.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×