Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
"Perlu kajian yang terpadu oleh Pemerintah. Jika dianggap sudah baik kajian nya, bisa dimulai dengan CPO hasil PTPN terlebih dahulu, karena lebih mudah pengaturannya," sebutnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).
Baca Juga: Agar produksi bahan bakar 100% sawit jalan terus, Pertamina minta ada DMO Sawit
Sedangkan produsen minyak sawit, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menyambut baik gerakan biofuel dari pemerintah. Jika di masa depan sudah akan diterapkan B100, perseroan merasa tak masalah untuk menyuplai kebutuhan tersebut.
Michael Kesuma, Head of Investor Relations SGRO mengatakan kebutuhan CPO tersebut akan semakin meningkatkan permintaan di dalam negeri. Adapun mengenai wacana kewajiban pasokan dalam negeri (DMO), manajemen merasa tak keberatan.
"Jangankan DMO, waktu aturan tarif pungutan ekspor saja kami lakukan. Tujuan utamanya saya lihat selain memproduksi bahan bakar ramah lingkungan, juga dapat memberikan manfaat bagi penyerapan industri," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/7).
SGRO selama ini diketahui seluruh produksi sawitnya memang menyasar pasar lokal, dan sudah tidak menggarap pasar ekspor. Menurut, Michael keputusan menjual ke pasar lokal ini sudah dijalankan sekitar 10 tahun terakhir.
Soal harga, ada anggapan bahwa harga di tingkat domestik tidak sebaik di pasar global. Menurut Michael perkara harga selalu fluktuatif, ada kalanya di pasar domestik harga lebih baik ketimbang harga ekspor. Jika nanti ada penentuan harga, perusahaan berharap produsen dapat diikutsertakan dalam menegosiasikannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News