Reporter: Azis Husaini, Elisabeth Adventa | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Persaingan bisnis Stasiun Bahan Bakar Minyak (SPBU) tampaknya bakal semakin sengit. Ini terlihat dari agresifitas para pemain di bisnis hilir minyak ini. Salah satunya adalah ExxonMobil.
Perusahaan Amerika Serikat ini sebelumnya memang sukses di hulu migas terutama di Indonesia, ExxonMobil adalah operator dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. Kini, perusahaan ingin mengulang kesuksesannya dengan membangun SPBU.
Baca Juga: Miliki 36 unit SPBU Mini, ExxonMobil terus perkuat bisnis hilir
Bekerjasama dengan anak usaha Salim Grup, PT Indomobil Prima Energi, ExxonMobil tengah mengambil ceruk pasar sepeda motor dan memberikan harga yang menarik untuk masyarakat. Harga BBM 92R hanya Rp 9.800 per liter, sedangkan Pertamina untuk Pertamax Rp 9.850 per liter, lalu ada Shell Super Rp 10.250 per liter, dan BP 92 seharga Rp 10.800 per liter.
Vice President Public and Government Affair Exxon Mobil Indonesia Erwin Maryoto menerangkan, BBM yang dijual ExxonMobil adalah jenis BBM non-subsidi RON 92, setara dengan Pertamax. "Harga jual di Indonesia mengacu ke peraturan menteri esdm," kata dia ke Kontan.co.id, Jumat (26/7).
Erwin hanya mengatakan perusahaan memberikan harga jual dalam rentang harga yg ditentukan Kementerian ESDM. Selain itu juga, Erwin mengatakan, pihaknya tidak berniat membangun SPBU untuk kendaraan roda empat.
"Kami saat ini fokus untuk mengembangkan microsite, SPBU kecil untuk sepeda motor di wilayah pinggiran kota atau wilayah yang belum terlayani SPBU Umum," imbuh dia. Saat ini, jumlah SPBU Mini ExxonMobil baru berjumlah 36 unit yang beroperasi di Jawa Barat dan Banten.
Tawarkan Kemitraan
Bisnis distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia nampak makin menarik bagi beberapa perusahaan migas global. Perusahaan – perusahaan migas tersebut juga mulai menggunakan skema kemitraan untuk mempercepat ekspansi bisnisnnya.
Baca Juga: Yuk, menimang tawaran kemitraan pom bensin mini ala ExxonMobil bersama Grup Salim
Setelah Shell dan BP AKR masuk ke bisnis ritel distribusi BBM tanah air, ExxonMobil Indonesia bekerjasama dengan PT Indomobil Prima Energi (anak usaha Salim Grup) juga mulai menggarap peluang ini.
ExxonMobil mulai menggarap pilot project SPBU mini sejak akhir 2018. SPBU mini ini menyasar daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh SPBU komersil seperti di daerah perkotaan. Saat ini SPBU mini ExxonMobil sudah tersebar sebanyak 40 titik di sekitar Purwakarta, Karawang, Cikarang, dan Pandeglang.
“Basically, kami ingin proyek ini bisa dinikmati oleh pelaku UMKM di daerah. Kalau ada daerah yang sebenarnya potensial tapi tidak terjangkau SPBU, yang terjadi nanti pertamini dan bensin eceran dimana-mana. Peralatannya, kualitas, dan takarannya out of control,” jelas Willianto Husada, direktur PT Indomobil Prima Energi pada KONTAN di kawasan Senayan.
Menariknya, biaya investasi SPBU mini ExxonMobil yang ditawarkan cukup terjangkau, yakni sekitar Rp 65 juta – Rp 85 juta. Fasilitas yang akan didapatkan yaitu konstruksi, instalasi listrik, dan perizinan. Biaya tersebut akan disesuaikan kembali dengan lokasi dan luas lahannya.
Selain itu, calon mitra juga perlu menyiapkan biaya sebesar Rp 40 juta untuk deposit pasokan BBM dan suku cadang. Biaya deposit ini bersifat refundable, artinya jika kerjasama telah selesai, biaya tersebut bisa dikembalikan. Jadi total modal yang perlu disiapkan calon mitra sekitar Rp 110 juta – Rp 140 juta, dengan catatan calon mitra sudah memiliki lahan sendiri.
“Untuk lahan harus disiapkan oleh mitra sendiri sama perizinan lokal dengan masyarakat sekitar juga diurus oleh mitra. Lalu sekitar 1/3 sisi depan dari lahan tersebut harus dicor untuk akses keluar-masuk kendaraan,” jelas Willianto.
Sistem kemitraan ini bebas franchise fee untuk 3 tahun pertama. Minimal luas lahan yang harus disiapkan calon mitra, sebesar 200 meter persegi. Willianto menjelaskan luas tersebut sudah sesuai dengan standar keamanan yang ditetapkan oleh kementerian dan Indonesian Petroleum Association (IPA).
Baca Juga: Grup Salim mulai merambah masuk bisnis pom bensin
Dengan modal tersebut, nantinya calon mitra akan mendapatkan 1 mikrosite unit (tangki BBM) , 1 Indostation unit, sistem dan pemeliharaan, peralatan keamanan, buku panduan, pelatihan karyawan dan seragam. Indostation unit yang dimaksud adalah gabungan bengkel mini sekaligus gerai penjualan oli serta aneka sparepart motor.
“Untuk supply chain, pasokan oli, sparepart, BBM dan semuanya terkait operasional akan dikelola oleh kami. Tiap SPBU mini milik investor akan terintegrasi oleh sistem kami. Jadi semua transaksi akan terekam oleh sistem,” ujar Willianto.
Ia bilang satu tangki SPBU mini berkapasitas 3.500 liter BBM. Dalam sehari, tiap SPBU mini ExxonMobil bisa menjual lebih dari 100 liter BBM. Jenis BBM yang dijual di SPBU mini tersebut adalah Ron 92 dengan merk Mobil 92R. Harga jualnya sekitar Rp 9.800 per liter.
“Sistem kemitraan ini kami pakai skema bagi hasil antara perusahaan dan mitra. Dari yang sudah berjalan, ROI-nya (Return Of Investment) kurang dari 2 tahun,” pungkas Willianto.
Konsultan bisnis, waralaba dan kemitraan dari Proverb Consulting, Erwin Halim berpendapat bahwa SPBU mini ExxonMobil menyasar pasar menengah ke bawah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa pinggiran kota yang menjadi sasarannya. Masuk ke daerah yang jauh dari jangkauan SPBU komersil menurutnya merupakan point plus marketing dari ExxonMobil.
“ExxonMobil ini menyasar daerah yang bisa dibilang langka dari pasokan bahan bakar. Jadi meskipun harga per liter BBMnya cukup tinggi dan menyasar masyarakat menengah bawah, tidak menjadi masalah karena mereka main di kelangkaan,” jelas Erwin pada KONTAN, Rabu (10/7).
Ia lanjut menjelaskan jika bisnis SPBU mini ini punya peluang bagus karena menjadi satu-satunya SPBU yang ada di daerah pinggiran kota. Meskipun di beberapa daerah tersebut akan ada pelaku usaha bensin eceran, masyarakat cenderung memilih SPBU mini ExxonMobil karena kualitasnya lebih terukur dan terpercaya.
Baca Juga: ExxonMobil tawarkan kemitraan SPBU Mini mulai Rp 100 juta-an
“Masyarakat menengah bawah sebenarnya lebih konsumtif, termasuk urusan bensin. Dibandingkan bensin eceran, masyarakat akan lebih percaya yang punya merk dan sistem,” kata Erwin.
Lalu, Erwin menilai sistem bagi hasil yang diterapkan perusahaan bisa meminimalisir resiko mitra. Dengan sistem ini, mitra akan terjamin dari segi pasokan BBM, sparepart serta kebutuhan SPBU lainnya. Karena jika pasokan tidak ada, otomatis tidak akan ada hasil yang akan dibagi. “Perkiraan saya untuk balik modal keseluruhan sepertinya lebih dari dua tahun,” ujarmya.
Bicara soal tantangan, menurut Erwin, kemitraan SPBU mini ini biasanya terkendala pada pemilihan lokasi. “Pemilihan lokasi ini biasanya ada calon mitra asal punya tempat lalu dimanfaatkan. Padahal seharusnya pemilihan lokasi ini harus sesuai dengan target marketnya. Mitra butuh dukungan penuh dari pusat soal pemilihan lokasi,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News