kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Stabilkan pasokan ayam, pemerintah akan musnahkan 28 juta telur tertunas di Desember


Rabu, 27 November 2019 / 18:34 WIB
Stabilkan pasokan ayam, pemerintah akan musnahkan 28 juta telur tertunas di Desember
ILUSTRASI. Pedagang merapikan telur di Pasar Senen, Jakarta, Senin (29/4/2019). Stabilkan pasokan ayam, pemerintah akan musnahkan 28 juta telur tertunas pada Desember. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.


Reporter: Abdul Basith | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan memusnahkan 28 juta telur tertunas (HE) pada bulan Desember 2019. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan ayam di peternak. Sehingga masalah harga yang rendah di tingkat peternak pun dapat terangkat. 

"Diputuskan untuk melakukan pengurangan HE umur 19 hari sebanyak 7 juta perminggu berlaku mulai 1 Desember 2019," ujar Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Sugiono saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (27/11).

Baca Juga: Stabilkan harga ayam, peternak minta pemangkasan DOC FS

Langkah tersebut diputuskan untuk mengurangi ayam DOC FS sebanyak 26,6 juta ekor dalam satu bulan. Angka tersebut sama dengan 6,65 juta ekor per minggu.

Sebelumnya pada bulan November pun pengurangan populasi telah dilakukan oleh Kementan. Total pemusnahan HE selama bulan November sebanyak 8 juta ekor atau 2 juta ekor per minggu.

Upaya tersebut memang dianggap belum maksimal oleh Kementan. Pasalnya pemusnahan yang dilakukan belum mampu mendongkrak harga ayam.

Namun, penambahan jumlah pemusnahan diyakini akan memberikan dampak. Saat ini harga ayam ditentukan melalui skema pasar suplai dan permintaan. "Oleh sebab itu dinilai tepat untuk intervensi di tingkat hulu," terang Sugiono.

Baca Juga: Bisnis Malindo Feedmill (MAIN) Moncer di Ujung Tahun

Selain itu Sugiono juga menekankan sejumlah hal untuk memperbaiki tata kelola ayam di Indonesia. Pemaksimalan Rumah Pemotongan Hewan Unggas (RPHU) harus dilakukan untuk kemudian menjadi karkas beku.

Kemudian perhitungan kapasitas pun harus dilakukan dengan baik. Hal itu terutama bagi pelaku usaha menengah dan besar yang memiliki pembudidayaan serta RPHU sendiri.

Pengembangan industri pengolahan juga diperlukan untuk menjaga stabilitas. Berkembangnya industri pengolahan akan ikut mendorong permintaan ayam.

Baca Juga: Charoen Pokphand (CPIN) ekspor produk olahan dan pakan ternak ke Timor Leste & Jepang

"Perlu penguatan aspek hilir, selain optimalisasi pemotongan di RPHU yang memiliki fasilitas rantai dingin, juga pengembangan industri olahan berbasis produk ayam ras," jelas Sugiono.

Langkah tersebut perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga ayam. Termasuk dengan peningkatan konsumsi daging ayam dengan melakukan berbagai kampanye.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×