kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,28   -13,21   -1.43%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Kurangi Pemakaian Batubara


Minggu, 16 Januari 2022 / 14:58 WIB
Strategi Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Kurangi Pemakaian Batubara
ILUSTRASI. Pekerja membongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (8/8). Strategi Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Kurangi Pemakaian Batubara.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) terus lanjutkan pemanfaatan bahan bakar alternatif sebagai peralihan pemanfaatan energi batubara.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, pihaknya sudah melakukan antisipasi penggunaan batubara dengan terus meningkatkan pemakaian bahan bakar alternatif.

“Jauh hari kami sudah melakukan antisipasi dengan terus meningkatkan pemakaian bahan bakar alternatif sehingga pemakaian batubara dapat kami kurangi,” terang Antonius kepada Kontan, Sabtu (15/1).

Sebagai Informasi, INTP sebelumnya menyatakan telah menganggarkan biaya senilai Rp 1 triliun dalam lima tahun untuk proyek bahan bakar alternatif dalam proses produksi.

Komposisi pemanfaatan bahan bakar alternatif tersebut ditargetkan komposisinya dapat mencapai 25% pada tahun 2025.

Baca Juga: IHSG Naik 0,72% ke 6.701 pada Perdagangan Jumat (7/1), Net Buy Asing Rp 944,72 Miliar

Berdasarkan catatan Kontan, Direktur Utama INTP Cristian Kartawijaya mengatakan komposisi penggunaan energi alternatif terus meningkat. Per triwulan ketiga tahun 2021, INTP catatkan peningkatan penggunaan energi alternatif sebesar 11,8 % yang meningkat dari tahun 2020 sebesar 9,3%.

Komitmen INTP mengurangi pemakaian batubara tersebut diakui sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Hal tersebut dilakukan guna mendukung program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam mengurangi CO2 yang dihasilkan dalam proses produksi semen.

Menanggapi terkait peraturan carbon tax alias pajak karbon yang direncanakan akan diterapkan pada 1 April 2022 mendatang, Antonius menjelaskan bahwa efek pajak karbon tidak memberi pengaruh pada volume penjualan, namun mempengaruhi harga jual semen.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,72% ke 6.701 di Akhir Perdagangan Jumat (7/1), Asing Borong Saham Bank

“Untuk menyiasati penerapan efek pajak karbon, kami akan menyesuaikan harga jual kami seiring dengan kenaikan biaya produksi akibat pajak karbon tersebut,” tutur Antonius.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×