kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi industri alat berat pada 2020 di tengah kelesuan bisnis tambang batubara


Minggu, 29 Desember 2019 / 15:28 WIB
Strategi industri alat berat pada 2020 di tengah kelesuan bisnis tambang batubara
ILUSTRASI. Produksi Alat Berat: Alat berat di tempat penyimpanan di Surabaya, beberapa waktu lalu. Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) memproyeksikan produksi alat berat sampai akhir tahun berada pada level 7.000 unit saja, lebih rendah dibandingkan tahun lalu ya


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri alat berat ikut terdampak pelemahan bisnis perusahaan batubara pada 2019 ini. Bahkan pada 2020 sejumlah pihak memproyeksikan bahwa bisnis tambang batubara masih lesu, sehingga hal ini akan membuat bisnis alat berat, ikut melambat, karena industri tambang batubara merupakan penyerap utama alat-alat berat.

Presiden Direktur PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), Djonggi Gultom,mengatakan bahwa permintaan alat berat nasional secara volume telah terjadi penurunan sekitar 22% year on year (yoy) di tahun ini.

Baca Juga: Penjualan kendaraan roda empat moncer menjelang tutup tahun 2019

Harga komoditas batubara yang belum terkoreksi menjadi faktor pendorong lesunya penjualan.

"Tahun depan penjualan bisa flat saja (menyamai tahun ini) sudah bagus," terang Djonggi kepada Kontan.co.id, Jumat (27/12).

Lebih lanjut ia menjelaskan, pelaku industri juga mengantisipasi kemungkinan resesi global di tahun depan yang dapat mengancam penundaan investasi di bidang komoditas.

Namun demikian, HEXA masih mengupayakan penjualan ke segmen selain pertambangan seperti Crude Palm Oil (CPO) dan konstruksi. Mandatory penggunaan B30 diharapkan dapat menjadi katalis positif sawit dan merangsang permintaan alat berat di sektor tersebut.

Baca Juga: Sektor saham ini diprediksi bakal bersinar dan meredup pada tahun depan

Sementara itu dari sektor konstruksi, adanya rencana pemindahan ibu kota baru di Kalimantan berpeluang mengerek bisnis alat berat. Hanya saja kata Djonggi, dampak dari proyek besar tersebut belum dirasakan tahun depan dan diperkirakan proyek tersebut baru mulai di tahun 2021.

"Tapi kami sudah siap dengan proyek ibu kota baru, karena kami punya banyak cabang di Kalimantan," sebutnya. Selain itu perusahaan juga memperkuat segmen bisnis purnajualnya seperti perawatan mesin dan sparepart.

HEXA diketahui membidik penjualan alat berat untuk jenis eskavator saja sejumlah 1.916 unit untuk tahun fiskal April 2019 - Maret 2020 atau turun 7,4% dimana pada tahun fiskal sebelumnya perseroan mencatatkan penjualan 2.071 unit eskavator.

Baca Juga: Cahayaputra Asa Keramik (CAKK) siapkan belanja modal Rp 70 miliar di 2020

Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan target perusahaan disebutkan pada awal tahun ini sebanyak 2.600 unit.




TERBARU

[X]
×