Reporter: Vina Elvira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen kemasan, PT Megalestari Epack Sentosaraya Tbk (EPAC) tetap optimistis dengan prospek bisnis tahun ini.
Sebagai gambaran, penjualan EPAC tercatat sebesar Rp 37,54 miliar hingga kuartal I-2025. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 21% dibandingkan Rp 31,02 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan EPAC Ignatio Hugo Permana mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi melambat di kuartal pertama, industri makanan dan minuman (mamin) masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sehingga berdampak positif ke bisnis perseroan.
Baca Juga: Strategi Sarana Mitra Luas (SMIL) Bidik Pendapatan Rp 440 Miliar di 2025
“Apabila merujuk pada pertumbuhan industri di kuartal pertama, kami rasa permintaan dari segmen pelanggan makanan dan minuman akan menjadi faktor utama pendorong bisnis EPAC tahun ini,” ungkap Ignatio, kepada Kontan.co.id, Jumat (9/5) lalu.
Pada tahun ini EPAC menargetkan perolehan penjualan sebesar Rp 220 miliar, setara dengan pertumbuhan 53,84% dibandingkan penjualan tahun 2024 sebesar Rp 143,12 miliar.
Dengan target pertumbuhan yang signifikan tersebut, EPAC berharap dapat membukukan laba bersih hingga Rp 9,5 miliar untuk tahun ini.
Untuk saat ini, strategi bisnis EPAC tidak akan jauh berbeda dengan apa yang diterapkan di tahun 2024.
Adapun strategi yang dijalankan di antaranya, ekspansi pasar ke luar pulau Jawa dan ekspansi portfolio pelanggan dengan menjangkau lebih banyak pelanggan dari segmen pet care, health care dan personal care.
Baca Juga: Lewat Skema KPBU OIKN Bidik Investasi Rp 31 Triliun, Ini Proyeknya!
Selanjutnya, EPAC juga getol mengatakan workshop dan seminar serta partisipasi dalam berbagai expo untuk menjaring pelanggan baru, termasuk melakukan sosialisasi mengenai pentingnya kemasan ke sejumlah UMKM.
Terakhir, utilisasi dan upaya optimalisasi line produksi ke-3.
“Di samping itu, untuk menghadapi kemungkinan dibanjirinya pasar dengan produk asing pesaing sebagai dampak dari perang tariff, kami juga akan mengupayakan pengembangan produk dengan kualitas yang lebih baik dan/atau dengan biaya dan proses produksi yang lebih efisien melalui Departemen R&D kami,” tandasnya.
Baca Juga: Sarana Mitra Luas (SMIL) Bidik Pertumbuhan Kinerja Dua Digit Pada 2025
Dengan begitu, apabila memang benar pasar Indonesia dibanjiri oleh banyak produk asing sebagai dampak dari perang tariff, EPAC mampu menawarkan produk berdaya saing baik dari segi harga ataupun kualitas.
Selanjutnya: Shell Garap Pasar B2B Kosmetik di Indonesia, Andalkan Teknologi GTL
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Pakai Tinted Sunscreen untuk Kulit, Praktis dan Serbaguna!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News