Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LOMBOK. Shell, perusahaan minyak dan gas (migas), memiliki strategi powering progress yang salah satunya adalah mengembangkan kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Strategi ini bertujuan untuk mempercepat transisi Shell menjadi bisnis dengan emisi nol bersih dan memiliki empat sasaran utama dalam mendukung tujuan tersebut.
Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menyatakan bahwa Shell akan terus mendukung perkembangan kendaraan listrik di Indonesia.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir penjualan kendaraan bermotor masih didominasi oleh bahan bakar gasolin dan disel, namun penjualan kendaraan listrik semakin meningkat, tidak hanya di Amerika Serikat dan Eropa, tetapi juga di Indonesia.
Baca Juga: Terus Bertambah, Shell Telah Memiliki 210 SBPU di Indonesia Hingga Juni 2023
"Tiga sampai empat tahun yang lalu, lebih dari 90% kendaraan-kendaraan yang berbasis gasolin dan disel. Kendaraan yang menggunakan baterai dan hidrogen masih sangat sedikit," kata Ingrid di Shell Eco-marathon 2023, Lombok, NTB, Jumat (7/7).
Pemerintah juga berperan dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik dengan memberikan insentif pembelian kendaraan listrik baik roda dua maupun roda empat. Pada tahun 2030, pemerintah menargetkan adanya 2 juta unit kendaraan listrik roda empat dan 13 juta unit kendaraan listrik roda dua.
Shell Indonesia berencana mengurangi penjualan kendaraan berbahan bakar fosil pada tahun 2030 sekitar 60%-70% dari tingkat penjualan sebelumnya. Di masa depan, terjadi pergeseran menuju kendaraan alternatif seperti EV. Pada tahun 2050, mayoritas kendaraan yang dijual akan menjadi kendaraan alternatif, sementara kendaraan berbahan bakar gasolin dan disel akan semakin sedikit.
Selain peningkatan penjualan kendaraan listrik, Shell juga berfokus pada pengembangan infrastruktur. Dengan semakin tingginya adopsi kendaraan listrik, Shell berencana menyediakan lebih banyak charging station (tempat pengisian baterai) di SPBU Shell dan tempat-tempat lain seperti mal atau ruang publik. Shell juga melihat adanya adopsi teknologi digital, di mana kendaraan listrik dapat terhubung satu sama lain.
Sebagai pelaku bisnis, Shell memiliki charging station di SPBU Shell dan titik pengisian baterai. SPBU Shell dianggap sebagai destinasi bagi konsumen, karena selain charging station, Shell juga menyediakan servis ganti oli, toko, dan berbagai kerja sama dengan pelaku UMKM di SPBU Shell. Shell ingin menjadi pemimpin dalam layanan pengisian baterai kendaraan listrik (EV charging service) secara global.
Baca Juga: Begini Upaya Shell Capai Net Zero Emission pada Tahun 2050
Di Indonesia, Shell telah memiliki 9 charging point, yang semula hanya terdapat di 3 SPBU Shell. Shell juga menambahkan 6 charging point di mal karena permintaannya semakin tinggi.
Shell Indonesia akan terus mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dan akan mengikuti permintaan untuk menambah jumlah charging point di tempat yang membutuhkan seperti Jakarta dan Jagorawi.
Shell memiliki visi untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050. Saat ini secara global, Shell memiliki 150.000 charging point, dan dalam dua tahun ke depan, pada tahun 2025, Shell berencana memiliki 500.000 charging point dan 2,5 juta charging point pada tahun 2030 secara global.
Baca Juga: Perusahaan Niaga Migas Rajin Menambah Jaringan SPBU
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, United Kingdom, dan China, Shell telah mengkonversi beberapa SPBU menjadi SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) dan memiliki ratusan charging point di China.
Dengan komitmen ini, Shell Indonesia berharap dapat berkontribusi dalam perkembangan kendaraan listrik dan mempercepat transisi ke transportasi yang lebih bersih di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News