Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mendorong pembudidaya perikanan mandiri dalam pengadaan pakan dinilai tidak mudah. Salah satu penyebabnya, faktor bahan baku yang sebagian harus diimpor.
Denny D. Indradjaja, Ketua Divisi Pakan Ikan Gabungan Pengusaha Makaun Ternak (GPMT) menilai, upaya KKP mendorong pembangunan pabrik pakan tidak mudah. Sebab, salah satu kendala adalah faktor bahan baku yang sebagian masih impor seperti tepung terigu.
Kendati begitu, ia mengatakan kalau pun pabrik yang dibangun berskala kecil, berpotensi berhasil tapi ruang lingkupnya terbatas. Jadi nantinya industri berskala home industri. Ini berpotensi bisa dijalankan oleh pembudidaya perikanan untuk mendapatkan pakan dengan harga murah sekitar Rp 5000 atau Rp 6.000 per kg.
"Jadi pabrik pakan mandiri hanya efektif untuk skala kecil dan lingkungan budidaya tertentu," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (7/5).
Namun untuk skala besar, Denny meragukan hal itu bisa terjadi lantaran membutuhkan dana, waktu dan pengelolaan yang tidak sederhana. Belum lagi mencari bahan baku seperti tepung ikan, tepung terigu, kemasan dan distribusi yang justru menelan biaya yang tidak sedikit. Dan justru membuat pembudidaya perikanan tidak fokus pada usaha utama mereka.
Menurutnya, sejauh ini, harga ikan selalu di atas harga pakan. Dan pakan murah hanya berlaku bagi budidaya air tawar yang murah seperti lele. Sementara untuk skala perikanan seperti udang, kakap, dan kerapu yang harganya mencapai Rp 80.000 per kg tidak mempermasalahkan harga pakan yang mahal bahkan bila mencapai Rp 80.000 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News