kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surat edaran pengendalian kuota solar subsidi dicabut, penyaluran masih aman?


Selasa, 01 Oktober 2019 / 20:48 WIB
Surat edaran pengendalian kuota solar subsidi dicabut, penyaluran masih aman?
ILUSTRASI. Nozzle SPBU


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

"Pemerintah nanti ambil langkah apa, kondisi kritisnya sudah kita sampaikan. Masalah kemungkinan kurangnya kuota akan didiskusikan dengan pemerintah dan Pertamina," terang Henry.

Dalam surat bernomor 4487.E/Ka BPH/2019 itu, disebutkan bahwa Pertamina pun sebetulnya sudah memproyeksikan akan terjadi over kuota pada awal November 2019. Kendati begitu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa hal tersebut masih merupakan estimasi.

Fajriyah mengklaim, bahwa pihaknya siap untuk menjalankan keputusan pemerintah dan BPH Migas selaku regulator. Baik dengan menyiapkan BBM bersubsidi maupun non-subsidi.

"Itu baru estimasi (overkuota di November). Kita sudah siap dengan infrastruktur maupun mekanisme penyaluran, kita siap sesuai dengan ketentuan," jelas Fajriyah ke Kontan.co.id, Selasa (1/10).

Baca Juga: Ini 8 poin perubahan PMK dalam mempercepat pembangunan infrastruktur kelistrikan

Apabila sebelum tutup tahun sudah terjadi overkuota, maka Fajriyah mengatakan bahwa pihaknya akan memperbanyak penyediaan BBM non-subsidi, seperti Pertamina Dex dan Dexlite. "Kalau beneran habis kuotanya, maka kami akan lebih banyak mempersiapkan jenin BBM non-subsidi, kita himbau masyarakat untuk beralih," jelasnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan bahwa pihaknya optimistis penyaluran solar bersubsidi ini masih akan mencukupi, sejalan dengan kuota yang ditentukan. "Kita lihat ke depan, kita jalankan dulu. Insha Allah, berpikir yang optimis lah," katanya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (1/10).

Arcandra pun berharap, program Nozzle atau digitalisasi SPBU Pertamina bisa cepat rampung, guna memperkuat pengawasan pengendalian dan penyaluran BBM bersubsidi. "Kita berharap dengan Nozzle, digitalisasi SPBU, akan mampu mengendalikan dan menyalurkan BBM subsidi lebih tepat sasaran," terangnya.

Hal ini memang dinilai krusial. Sebelumnya, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menekankan, pihaknya meminta Pertamina untuk segera merampungkan program Nozzle atau digitalisasi pencatatan jual-beli solar di SPBU. Ifan bilang, seharusnya program tersebut sudah rampung pada Desember 2019 lalu, dengan begitu semestinya pengawasan jual-beli solar bersubsidi sudah bisa efektif dilakukan.

Baca Juga: Pertamina Group raih sembilan penghargaan Subroto Award 2019

Asal tahu saja, setelah gagal rampung pada akhir tahun lalu, Pertamina menargetkan bisa menyelesaikan program tersebut pada Juni 2019. Namun, target itu kembali gagal dan saat ini target itu kembali mundur hingga akhir tahun ini. Dari target 5.518 SPBU yang akan didigitalisasi Noozle, sampai dengan Juni 2019 baru terealisasi pada 1.327 SPBU.

Terkait hal ini, Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Mas'ud Khamid berdalih, program noozle tersebut molor lantaran terganjal sejumlah kendala. Hal yang utama, kata Mas'ud, ialah karena sebagian besar konstruksi dan fasilitas alat SPBU model lama sehingga buuth waktu lebih untuk memasang alat digitalisasi.

"Ini yang membuat proyek mundur, karena waktu pengerjaan kami juga terbatas, hanya ketika SPBU tersebut sedang tutup (tidak beroperasi)," kata Mas'ud beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×