Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto
Sementara itu, PT Prasetia Dwidharma yang berdiri sejak 2008, memiliki pengalaman panjang dalam proyek infrastruktur seperti pembangunan hingga perawatan dan perbaikan menara BTS dan menara PLN, penggelaran serat optik hingga solusi-solusi smart city.
Di satu sisi, PT Sarida Utama yang sudah membangun infrastruktur negeri sejak 1976, berpengalaman dalam infrastruktur perkeretaapian, telekomunikasi, hingga konstruksi bangunan berbagai proyek strategis seperti pembangunan dan perawatan jaringan serat optik beberapa perusahaan telekomunikasi, maupun jaringan Trans Indonesia Network yang membentang di Pulau Sumatera dan Jawa, pembangunan jalur Light Rapid Transit (LRT) double track di Jakarta hingga pembangunan dan pengoperasian jalur kereta api di Sulawesi Selatan.
Pengalaman dan kapasitas kedua anggota konsorsium baik dalam infrastruktur telekomunikasi maupun perkeretaapian menjadi pertimbangan penting mengingat jaringan serat optik Weave dibangun sepanjang jalur kereta api Pulau Jawa.
Baca Juga: Surge (WIFI) optimistis penyelesaian jaringan 2800 km bisa di akselerasi tahun ini
Penggelaran di sepanjang jalur kereta milik PT KAI sangat didukung dari sisi keamanan dan minim gangguan, sehingga menghasilkan konektivitas jaringan yang andal, berkualitas, dan berkecepatan tinggi bagi pengguna akhir nantinya.
“Keberadaan serat optik Surge yang berada di sepanjang rel kereta api akan sangat mendukung Edge Data Center (EDC) yang juga kami bangun, yang mana mensyaratkan konektivitas berkualitas, berkecepatan tinggi, andal, dan minim gangguan,” tambah Hermansjah.
Sejak akhir 2019, Surge melalui Weave memulai pembangunan serat optik 144 core di sepanjang rel kereta api milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) sepanjang 2.800 km, atau lebih dari 580 stasiun yang terletak di 9 daerah operasional PT KAI.
Pengembangan ini didesain untuk meningkatkan jaringan infrastruktur data yang sangat cepat, stabil dengan latency yang rendah di pulau Jawa yang dapat memfasilitasi konektivitas internet dengan kapasitas bandwidth sangat besar.
Perkiraan terbaru dari Bank Dunia juga menyebutkan perkiraan total jumlah pelanggan fixed broadband di Indonesia sekitar 9,7 juta, yakni sebesar 4 persen dari populasi atau 16 persen rumah tangga.