kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Synthesis Development perkirakan pasar properti akan bergairah di akhir 2019


Kamis, 25 Oktober 2018 / 19:12 WIB
Synthesis Development perkirakan pasar properti akan bergairah di akhir 2019
ILUSTRASI. Apartemen Synthesis Residence


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo

Meskipun tahun politik tidak terlalu berdampak, Julius memperkirakan pasar properti baru akan mulai akan benar-benar bergairah lagi pada kuartal IV 2019 setelah tahun politik usai. Sebab fokus orang-orang akan kembali ke pergerakan ekonomi tidak lagi pada politik.

Dengan kondisi pasar tersebut, Synthesis Development masih mengandalkan penjualan pada proyek-proyek eksisting seperti Synthesis Residence Kemang, Prajwangsa City, Samara Suites dan Green Synthesis Pontianak.  "Proyek baru selanjutnya di Kemang yakni Synthesis Residence Fase II baru akan diluncurkan pada tahun 2020 sebanyak 420 unit," kata Julius.

Julius tidak menyebutkan nilai penjualan pemasaran yang sudah dibukukan Synthesis Development hingga saat ini. Namun, dari proyek Apartemen Samara Suites di Gatot Subroto telah terjual sebanyak 249 unit dari total 292 unit. Sisanya bukan karean tidak terserap melainkan memang ditahan penjualannya menunggu kenaikan harga dan juga menunggu rencana pemerintah mengkaji penghapusan pajak PPh 22.

Sisa unit apartemen Samara Suites akan dijual dengan harga mulai Rp 4,5 miliar sampai Rp 6 miliaran dengan tipe unit mulai 2 kamar (79 meter persegi/m²) dan tipe 3 kamar berukuran lebih dari 100 m².

Saat ini, Apartemen Samara Suites masih dalam proses pembangunan. Progresnya sudah kontruksi sampai lantai empat. Adapun investasi proyek ini diperkirakan sekitar Rp 400 miliar saat rupiah belum melemah seperti kondisi saat ini. 

"Biaya konstruksi ini akan membengkak sekitar 10%-15% setelah adanya depresiasi rupiah karena sebagian bahan-bahan konstruksi tidak bisa kami ikat diawal kontrak seperti semen, baja, dan beton ready mix," jelas Julius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×