kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tambang lesu, penjualan alat berat merana


Rabu, 13 Agustus 2014 / 10:58 WIB
 Tambang lesu, penjualan alat berat merana
ILUSTRASI. Cara melihat unduhan di Telegram.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penjualan industri alat berat nasional turun di semester pertama tahun ini. Mengacu data Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), penjualan alat berat paruh pertama 2014 turun 19,68% jika dibandingkan penjualan periode yang tahun lalu. 

Sampai dengan Juni 2014,  penjualan alat berat nasional tercatat 2.550 unit, turun dibandingkan penjualan periode yang sama tahun lalu 3.175 unit. Penjualan alat berat yang dihitung oleh Hinabi adalah alat berat yang terdiri dari:buldozer, excavator, mini dump truck dan lain-lain. 

Pangkal bala dari penurunan penjualan alat berat ini merupakan imbas dari penurunan kinerja industri tambang. "Tambang tahun ini lebih lesu dibandingkan tahun lalu, sehingga permintaan alat berat berkurang," kata Pratojo Dewo, Penasihat Hinabi kepada KONTAN, Selasa (12/8).

Beruntung ada sektor konstruksi yang menopang kinerja bisnis alat berat pada paruh pertama tahun ini. Menurut Hinabi, penjualan sektor konstruksi paruh pertama tahun ini mencapai 30% dari total penjualan alat berat. Menyusul sektor pertambangan dan perkebunan masing-masing 25%. Sisanya berasal dari sektor kehutanan.

Tahun ini, Hinabi memperkirakan penjualan alat berat hanya mencapai 5.000 unit atau turun 36% dari realisasi penjualan tahun lalu sebanyak 6.000 unit. Ia bilang, penjualan alat berat semester kedua nanti tak jauh beda dengan semester pertama.

Saat ini, produksi alat berat domestik seperti buldozer, excavator, mini dump truck dan alat berat lain bisa mencapai 10.000 unit per tahun. Namun kapasitas produksi terpasang tak bisa mencapai kapasitas maksimal. Alasannya, 50% dari penjualan alat berat impor baik dari Jepang maupun Tiongkok.

Asal tahu saja, alat berat yang dikategorikan produksi dalam negeri adalah alat berat dengan kandungan komponen lokal sebesar 45%-55%. Kandungan lokal itu biasanya berupa rangka, casis dan body. Sedangkan bahan baku yang impor meliputi mesin dan pompa.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×