kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Tanah Abang Sepi, Ekonom: Tanda Pengelola Harus Banyak Berbenah


Minggu, 24 September 2023 / 09:33 WIB
Tanah Abang Sepi, Ekonom: Tanda Pengelola Harus Banyak Berbenah
ILUSTRASI. Suasana sepi pusat perbelanjaan pakaian di Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepinya pasar Tanah Abang setelah lewat masa Lebaran tahun 2023 dianggap pengamat bukan satu-satunya karena kalahnya bersaing dengan para pedagang di social e-commerce seperti Tiktok Shop. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan sebenarnya pihak pengelola Pasar Tanah Abang dalam hal ini Pasar Jaya harus berbenah demi menciptakan solusi jangka pendek, terutama dari segi fasilitas bagi pedagang dan kenyamanan bagi para konsumen yang berkunjung. 

“Sebenarnya sudah lama diusulkan adanya revitalisasi pasar Tanah Abang, ditambah subsidi uang sewa tempat, retribusi hingga pihak pengelola membantu keringanan tagihan listrik,” ungkapnya saat dihubungi Kontan, Sabtu (23/09). 

Iya menambahkan merosotnya omset para pedagang di Tanah Abang karena adanya persaingan dengan Tiktok Shop memang merupakan salah satu faktor. Namun bukan faktor utama. 

Baca Juga: Pasar Tanah Abang Sepi, TikTok Shop Bukan Satu-satunya Penyebab

“Tapi ada pula indikasi pelemahan daya beli kelompok menengah bawah. Kenaikan harga kebutuhan pokok seperti beras berdampak pada penghematan belanja pakaian jadi,” jelasnya. 

Ia juga menyebut, UMKM sendiri jika dilihat dari penyaluran kredit pada segmen menengah dan kecil tumbuh negatif dibanding tahun lalu.

Sedangkan, mengenai solusi jangka panjang ia mengatakan harus ada tata niaga yang adil antara platform e-commerce dan social commerce dengan pedagang fisik. 

“Diskon promo yang mengarah pada predatory pricing harus dicegah. Kemudian produsen besar jangan langsung jual ke konsumen akhir, karena dari segi harga sudah pasti lebih murah dibanding harga pedagang,” katanya. 

Baca Juga: Aprindo Minta Aturan S-Commerce Disamakan dengan Peritel

Jika melihat dari penjualan secara online dan offline, Bhima berpendapat sebenarnya penjualan online jika tanpa promo peminatnya juga tidak banyak. 

“Perubahan perilaku pembelian online karena promo hanya terjadi di Indonesia. Di negara lain tidak ada sampai 90% diskon terus-terusan via platform digital,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×