kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target produksi beras 15 juta ton di masa tanam kedua sulit tercapai


Minggu, 14 Juni 2020 / 20:45 WIB
Target produksi beras 15 juta ton di masa tanam kedua sulit tercapai
ILUSTRASI. Buruh tani menggunakan mesin panen saat memanen padi di Desa Kaleke, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (16/5/2020). Selain mewajibkan penyediaan dua ton beras tiap desa, Pemkab Sigi juga mewajibkan setiap desa untuk menyediakan minimal tiga hektare l


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan luas tanam di musim tanam kedua (MT-II) tahun ini atau pada periode April-September 2020 bisa mencapai 5,6 juta hektare. Dari luas tanam tersebut diperkirakan produksi beras yang dihasilkan bisa mencapai 12,5 juta hingga 15 juta ton.

Menanggapi hal ini,  Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB)  Dwi Andreas  menilai target tersebut sulit dicapai. Pasalnya, saat ini terjadi musim tanam serta proses penjualan gabah petani yang sulit sehingga petani kesulitan untuk menanam padi di musim tanam kedua.

Baca Juga: Kementan targetkan luas tanam di musim tanam II capai 5,6 juta ha

"Sehingga saya perkirakan di 2020 ini produksi padi justru menurun dibandingkan 2019, Kalau perkiraan saya benar, target itu terlalu tinggi. Sebagai target oke saja, tetapi dalam kenyataannya lebih rendah dari itu," ujar Dwi kepada Kontan, Minggu (14/6).

Lebih lanjut Dwi menjelaskan, target yang ditetapkan pemerintah pun sulit dicapai mengingat pergeseran musim tanam akan menyebabkan petani ragu-ragu menanam padi.

Sementara, harga gabah dalam beberapa bulan terakhir pun relatif rendah. Menurutnya, berdasarkan hasil analisis  Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia ( AB2TI ) , sejak Maret hingga Mei harga gabah relatif rendag dan belum menunjukkan tren yang meningkat, inilah yang membuat petani mengalami kesulitan menanam padi.

"Bahkan sekarang ini terjadi penumpukan produksi di tingkat usaha tani. Dalam arti penjualannya agak susah. Karena penjualannya agak susah kan mereka membutuhkan modal untuk tanam. Kalau itu tidak ada mereka sulit tanam di musim tanam II," jelas Dwi.

Baca Juga: Dengan baby buncis, kelompok tani di Lembang bisa tembus pasar ekspor mancanegara

Sementara itu, Dwi juga mengatakan, seringkali pemerintah beranggapan bahwa produksi padi akan meningkat bila dilakukan berbagai progra,. PAdahal, menurut dia, petani yang menanam pun memilih menanam padi didasarkan atas perkiraan atau feeling, yang didasarkan atas iklim, serangan OPT. Menurut dia, beragam program pemerintah tak terlalu signifikan mendorong petani menanam padi.




TERBARU

[X]
×