Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menghasilkan produksi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) gas pada 2030 tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan teknis tetapi juga terpengaruh oleh tren migas secara global dan kebijakan pemerintah.
Hal tersebut menjadi salah satu topik pembahasan dalam acara Upstream Oil & Gas Executive Briefing yang diselenggarakan oleh SKK Migas bersama IHS Markit pada Kamis (29/7) di Jakarta.
Baca Juga: Kepala BPH Migas luncurkan dua buku, Akbar Tanjung singgung produksi minyak turun
IHS Markit adalah suatu lembaga market research yang menyediakan informasi serta analisa data migas secara global.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto memaparkan tahun lalu SKK Migas telah meluncurkan IOG 4.0 sebagai rencana strategis untuk mencapai visi jangka panjangnya yaitu produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD gas pada tahun 2030.
Tidak hanya memacu produksi, pihaknya juga meningkatkan efek berganda, serta menjamin kelestarian lingkungan.
“Rencana ini terdiri dari 10 pilar dan enabler, 22 program utama, dan lebih dari 200 rencana aksi yang perlu disesuaikan dengan tren global seperti isu perubahan iklim dan lingkungan, pandemi Covid-19, serta beberapa isu tren global lainnya. Oleh karena itu, SKK Migas ingin mendapatkan input tentang tren global yang mungkin mempengaruhi rencana strategis kami,” ujarnya dalam acara virtual, Kamis (29/7).