Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perikanan memandang positif rencana penurunan tarif masuk tambahan produk Indonesia ke pasar Amerika Serikat (AS) dari 32% menjadi 19%. Namun, hingga saat ini buyer disebut masih mengambil sikap wait and see untuk industri perikanan.
Untuk diketahui, komoditas perikanan menjadi salah satu yang mencatatkan kinerja positif pada 2024, dengan catatan pertumbuhan nilai ekspor sebesar 5,7% secara tahunan menjadi US$ 5,95 miliar.
Namun, Ketua Perdagangan Luar Negeri Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Rani mengaku kinerja ekspor produk laut mulai loyo tahun ini. Ia menyebut ikan tuna, todak, kakap, mahi, dan kerapu, produk-produk yang banyak diekspor ke pasar AS, menjadi yang paling berisiko terdampak.
Ini tentunya tak lepas dari penurunan harga jual yang terjadi seiring munculnya tarif tambahan AS sejak awal tahun. Dalam kondisi ini, pelaku usaha jelas terdampak. “Beberapa perusahaan masih menjual walau turun supaya bisa jalan, yang penting bisa run the company,” paparnya kepada Kontan, Rabu (16/7).
Baca Juga: Udang Jadi Komoditas Utama Ekspor Sektor Perikanan, Akan Terdampak Tarif Resiprokal
Lebih lanjut, ia menyebut ekspor ke AS turut turun volumenya. Ini terjadi seiring dengan aksi wait and see dari buyer sampai ada tarif yang pasti.
PT Dharma Samudera Fishing Industris Tbk. (DSFI) turut merasakan hal serupa. Corporate Secretary DSFI Saut Marbun menyebut, keberadaan tarif tambahan AS ini memang berpotensi menurunkan daya saing dan volume ekspor.
Maklum, sebelumnya sektor perikanan memang sama sekali terbebas dari pajak ekspor. Alhasil, tambahan tarif, meski hanya 19% ketimbang penetapan awal 32%, tetap memberi beban tambahan bagi pelaku usaha.
Apalagi, AS merupakan pasar ekspor utama DSFI. “Kami lebih dapat bernapas dengan kemajuan penetapan tarif. Namun, risiko masih ada,” kata Saut kepada Kontan, Rabu (16/7).
Baca Juga: Biaya Produksi Tinggi, Daya Saing Ekspor Perikanan Indonesia Jadi Lemah
Saat ini, Saut menyebut ada sejumlah produk yang paling diandalkan di pasar ekspor AS, yakni tuna, mahi-mahi filet, kakap merah filet, putihan filet, krapu filet, dan gurita. Produk-produk DSFI inilah yang bakal paling terdampak oleh tarif tambahan AS.
Namun, Saut menyebut DSFI bakal terus menjaga kinerja ekspornya. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan menyasar pasar baru, seperti China, Timur Tengah, dan Korea Selatan.
Pun, Rani menyebutkan hal yang sama. Selain Timur Tengah, ia bilang Uni Eropa, Asia dan Australia dapat menjadi target pasar ekspor baru untuk mengurangi porsi ekspor produk laut ke AS.
Baca Juga: Nilai Ekspor Perikanan Indonesia Tembus US$ 1,94 Miliar di Triwulan I 2025
Selanjutnya: Menteri PU : Pembangunan Sekolah Rakyat Tahap II Dimulai September 2025
Menarik Dibaca: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News