Reporter: Benediktus Krisna Yogatama, Francisca Bertha Vistika | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Industri semen mulai tak tahan dengan tambahan beban produksi dari kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Mereka memutuskan untuk menaikkan harga.
Salah satu perusahaan semen yang menaikkan harga jual itu adalah PT Semen Indonesia Tbk. Emiten dengan kode saham SMGR ini menyebut beban produksi semen dari komponen listrik sekitar 12%. SMGR menaikkan harga jual 4,5%–5% sejak awal 2014.
Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR, bilang, kenaikan harga dilakukan bertahap. "Kenaikan bertahap, sekali naik 1%," kata Agung kepada KONTAN, (16/11).
Menurut Agung, harga semen SMGR semula dibanderol Rp 1 juta per ton. Namun kini, harga semen SMGR naik menjadi Rp 1,05 juta per ton atau naik Rp 50.000 per ton. Dengan hitungan angka ini, kenaikan harga semen per sak sekitar Rp 2.500.
Ada dua faktor yang menjadi pertimbangan industri semen untuk menaikkan harga. Pertama, memperbandingkan kenaikan harga semen yang dilakukan kompetitor. Jika kenaikan harga melebihi kompetitor, pelanggan beralih.
Kedua, mempertimbangkan daya beli semen konsumen. Jika harga naik terlalu tinggi, daya beli turun.
Kenaikan harga semen juga dilakukan oleh PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Perusahaan ini telah mengerek harga jual semen sebesar 4% dari awal tahun. Tak jauh berbeda, kenaikan harga semen dilakukan karena naiknya beban produksi perseroan akibat kenaikan tarif listrik.
Sekadar gambaran, harga semen SMBR pada awal tahun 2014 masih berada di kisaran Rp 916.000 per ton– Rp 912.000 per ton. Adapun akhir Oktober 2014 lalu, harga semen SMBR sudah naik menjadi Rp 954.000 per ton–Rp 956.000 per ton.
Kini industri semen tengah menunggu kepastian kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk menentukan keputusan akan menaikkan harga lagi sebelum akhir tahun ini. Sebab kenaikan harga BBM mempengaruhi ongkos pengiriman atawa biaya transportasi dan distribusi.
Menurut Agung, kalau harga BBM naik dan TTL naik lagi, maka manajemen SMGR akan merasa perlu untuk melakukan penyesuaian harga lagi. "Tapi harus tetap melihat kondisi pasar," terang Agung.
Sayangnya, Agung belum bisa mengukur, berapa potensi kenaikan harga semen jika tarif listrik atau harga BBM naik. "Pengaruhnya (listrik dan BBM tersebut) memang besar, tapi kami tak bisa begitu saja langsung ikut menaikkan harga," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News