kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.105.000   12.000   0,57%
  • USD/IDR 16.369   -64,00   -0,39%
  • IDX 7.928   -9,27   -0,12%
  • KOMPAS100 1.110   -1,03   -0,09%
  • LQ45 805   -4,23   -0,52%
  • ISSI 272   0,35   0,13%
  • IDX30 418   -1,74   -0,41%
  • IDXHIDIV20 486   -0,44   -0,09%
  • IDX80 122   -0,51   -0,42%
  • IDXV30 133   -0,50   -0,37%
  • IDXQ30 135   -0,17   -0,12%

Teknologi co-firing dalam mengolah sampah pada PLTU perlu dikaji kembali


Jumat, 06 Agustus 2021 / 08:57 WIB
Teknologi co-firing dalam mengolah sampah pada PLTU perlu dikaji kembali
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap Ekspansi II atau PLTU Jawa 8


Sumber: Warta Kota | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gencarnya sosialisasi metode pengolahan sampah menjadi refused derived fuel (RDF) dan metode co-firing di berbagai kota/kabupaten perlu mendapat perhatian yang seksama.

Sebab, pemaksaan kombinasi bahan bakar RDF dan batubara disinyalir menurunkan produktivitas PLTU akibat adanya penumpukan kerak sisa pembakaran pada tungku pembakaran.

Pengamat dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Putra Adhiguna mengatakan, saat ini pemerintah termasuk BUMN penyedia listrik akan menggunakan teknologi Co-Firing untuk mengolah sampah.

Baca Juga: Dewan Energi Nasional ingatkan tidak buru-buru transisi ke energi terbarukan

Padahal, menurut Putra, jalan tersebut tidak semudah itu. Mengolah sampah menjadi bahan bakar yang berkualitas tidaklah murah. Produktivitas PLTU taruhannya.

Menurut dia, ada kelemahan teknologi co-firing seperti ada batasan kualitas dan kuantitas yang spesifik agar optimal sebagai bahan bakar PLTU.

Kualitas bahan bakar co-firing yang buruk dapat menurunkan kinerja PLTU, sementara untuk kualitas yang baik harganya akan lebih mahal dari batubara karena membutuhkan investasi peralatan teknologi tinggi.

"Pelajaran mengenai co-firing ada di banyak negara seperti China, Amerika, Jepang. Setiap negara menakar secara realistis bahwa ada batasan ekonomis dan teknis dari Co-firing," ungkap Putra Adhiguna dalam pernyataan resminya, Jumat (6/8/2021).

Pembangkit listrik batubara sebagai sasaran penyerapan RDF sudah dirancang dengan tipe bahan bakar yang spesifik yakni batu-bara untuk PLTU.

Memasukkan hasil olahan sampah ke dalam ruang bakarnya tentunya memerlukan kriteria khusus, yang artinya membuat sampahnya harus diolah supaya memiliki sifat dan kualitas yang mirip dengan batubara.




TERBARU

[X]
×