Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pusat perbelanjaan kini mulai dibanjiri oleh beragam tenant F&B (Food and Beverages). Pengalaman untuk menyantap makanan di lokasi nyatanya tidak terkikis oleh pola hidup baru pasca pandemi.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengungkapkan, sejak sebelum pandemi memang keberadaan kategori makanan dan minuman di Pusat Perbelanjaan sudah menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung.
“Pada saat pandemi kategori makanan dan minuman semakin menjadi destinasi di Pusat Perbelanjaan bagi pengunjung dikarenakan terganggunya daya beli sehingga masyarakat lebih memprioritaskan belanja kebutuhan pokok dan sehari - hari yaitu salah satunya adalah makanan dan minuman,” jelas Alphonzus kepada Kontan.co.id, Selasa (28/6).
Baca Juga: Para Pemimpin Dunia Kutuk Serangan Keji Rusia di Pusat Perbelanjaan Ukraina
Alphonzus menambahkan, hal itu juga seiring dengan tingkat okupansi Pusat Perbelanjaan sudah mulai berangsur meningkat seiring dengan peningkatan tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan yang juga telah mulai berangsur meningkat.
APPBI memperkirakan rata - rata tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan pada tahun 2022 ini bisa mencapai 70% - 80%, meskipun belum bisa kembali mencapai sebelum pandemi yang adalah sekitar 90%.
Serta, di tahun ini akan lebih baik dari tahun 2021 lalu yang mencatat rata - rata 60% dan tahun 2020 yang hanya bisa mencapai rata - rata sekitar 50% saja.
Kendati demikian, Alphonzus menilai bahwa tentunya penyewa di Pusat Perbelanjaan tidak bisa hanya terdiri dari kategori makanan dan minuman saja.
Sebab, pengelola tetap harus memperhatikan juga keseimbangan dalam menentukan strategi “tenant mix “ suatu pusat perbelanjaan.
Alphonzus mengatakan, umumnya komposisi penyewa makanan dan minuman di berbagai Pusat Perbelanjaan tidak lebih dari 30%.
Dihubungi terpisah, Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi mengatakan bahwa kini pusat perbelanjaan sedang bertransformasi dari sekadar tempat belanja menjadi tempat experience atau tempat mengalami.
Menurut Harun, apabila Pusat Perbelanjaan hanya sekadar tempat membeli barang, maka sudah akan ditinggalkan. Sebab, barang yang standard tentu bisa didapatkan via online. Namun untuk barang yang tidak standard, cukup memerlukan touch and feel yang perlu di lokasi.
“Nah kalau makan kan experience. Kita bisa makan di rumah dan memesan online tetapi experience-nya berbeda. Hal itu yg membedakan,” kata Harun.
Harun mengungkapkan, saat ini komposisi penyewa di pusat perbelanjaan yang dikelola oleh CTRA, masih cukup berimbang. Hal itu tergantung situasi seperti venue olahraga yang lagi banyak dikunjungi, kemudian venue rekreasi, venue makan, dan lain-lain. Komposisi penyewa tersebut juga dipengaruhi dari konsep dan luasan mal yang dikembangkan.
Baca Juga: Metropolitan Kentjana (MKPI) Bakal Kembangkan Pondok Indah Residence 2
Senada, Sekretaris Perusahaan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) Jemmy Kusnadi mengamini bahwa saat ini banyak tenant makanan dan minuman yang bermunculan. Menurutnya, tenant makanan dan minuman sulit digantikan karena dalam kesempatan tersebut ada momen berkumpul bersama keluarga.
“Memang tenant F&B saat ini menjadi pendorong traffic pelanggan mal kami. Karena pelanggan ingin menikmati kembali makan dan berkumpul bersama keluarga dan teman-teman setelah sekian lama dibatasi oleh karena pandemi,” ucap Jemmy.
Jemmy berujar, saat ini komposisi tenant makanan dan minuman di Mal yang dikelola oleh SMRA masih seimbang dengan tenant fesyen dan tenant lainnya.
Adapun SMRA dijadwalkan akan menambah jumlah pengoperasian Mal yang dimiliki yaitu Summarecon Mall Bandung dan Summarecon Vilagio Jakarta Luxury Outlet pada kuartal IV-2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News