Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya menuju ekonomi sirkular, sistem pengelolaan sampah yang efisien dan berkelanjutan menjadi sangat krusial. Ini menjadi perhatian banyak perusahaan.
Salah satunya L'Oreal Indonesia yang mendukung ekonomi sirkular melalui manajemen sampah yang berkelanjutan. Sselama lima tahun terakhir, L'Oreal berhasil mencapai nol limbah ke tempat pembuangan akhir (zero waste to landfill) di kantor, pabrik, dan seluruh situs operasional di Indonesia, sebuah capaian yang jarang dimiliki industri berskala besar.
“Kami ingin bisnis terus bertumbuh namun dengan dampak seminimal mungkin terhadap lingkungan,” kata Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability L'Oreal Indonesia, dalam keterangannya, Rabu (10/9/2025).
L'Oreal menerapkan strategi pencegahan total (total prevention) dan pengelolaan limbah (waste management). Pendekatan ini menyeluruh, mulai dari hulu hingga hilir. Inovasi terus dikembangkan, baik pada formula produk maupun desain dan intensitas kemasan.
Melanie menambahkan, salah satu terobosan L'Oreal adalah memasarkan produk isi ulang (refill-at-home) kepada konsumen. Model isi ulang tersebut, dianggap mampu menekan timbulan sampah tanpa mengurangi kualitas maupun pengalaman konsumen menggunakan produk. “Refill menjadi bagian dari norma baru di L'Oreal karena tetap menjaga nilai produk sekaligus ramah lingkungan,” jelas Melanie.
Baca Juga: Ekonomi Sirkular Dorong Industri Mamin Terapkan EPR Secara Bertahap
Prinsip tanpa sampah juga diterapkan dalam kegiatan perusahaan, termasuk pada penyelenggaraan acara. Materi promosi yang berpotensi menjadi limbah didesain agar dapat diperkecil dari sisi volume bahkan bisa dipakai ulang atau didesain dari bahan daur ulang.
Sejak 2022, L'Oreal Indonesia bergabung dengan Indonesian Packaging Recovery Organization (IPRO) bersama 17 perusahaan lain. Kolaborasi ini menjadi wadah untuk mendukung sistem daur ulang yang lebih terstruktur. “Kolaborasi ini sejalan dengan misi pemerintah dalam menangani sampah secara komprehensif,” ungkap Melanie.
Ia menambahkan, pengelolaan sampah tidak bisa hanya dibebankan pada produsen. Konsumen, UMKM, dan masyarakat luas juga memiliki peran penting. “Pemerintah tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan publik. Harus ada sinergi bersama. Dari sisi produsen, kami terbuka berbagi pengalaman dan praktik terbaik,” kata Melanie.
Selanjutnya: SR023 Baru Terjual Rp 12,3 Triliun, Masa Penawaran Dibuka Hingga 15 September 2025
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (12/9) Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News