Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui sektor hulu migas mengalami tekanan akibat dampak pandemi covid-19 dimana harga minyak dunia terjun bebas dan harga LNG turut tertekan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bahkan bilang kondisi tahun ini merupakan kejatuhan paling dalam bagi sektor migas selama ini. "Saya kira ini adalah kejatuhan yang paling dalam kemudian diikuti dengan pandemi Covid-19 dan diikuti tekanan konsumsi dan permintaan," ujar Dwi dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (17/7).
Baca Juga: Austindo (ANJT) berharap kebijakan DMO sawit disertai penetapan harga yang kompetitif
Dwi menjelaskan, pada kuartal II tahun ini sejatinya para negara produsen minyak alias OPEC telah menyatakan komitmen pemangkasan produksi sayangnya hal tersebut belum memberi dampak signifikan.
Pasalnya, kondisi over supply atau pasokan berlebih masih terjadi. Kendati demikian, Dwi masih optimis kondisi dapat berangsur membaik di sisa tahun ini. Ada sejumlah indikator yang menurut Dwi menjadi acuan membaiknya sektor hulu migas.
"Di semester II ada perubahan supply dan demand yang cukup besar, beberapa negara cukup optimis harga minyak membaik. Saat ini Brent sudah ada di level US$ 40 per barel," tutur Dwi.
Kondisi serupa, sebut Dwi juga terjadi pada sektor gas. Dwi mengungkapkan, sejumlah analis memperkirakan kondisi harga gas kini berangsur merangkak naik ke level US$ 4 hingga US$ 5 per MMBTU.
Baca Juga: PHE ONWJ targetkan pemanfaatan YYA relief well untuk produksi di kuartal III 2022
Asal tahu saja, sebelumnya harga LNG bahkan sempat menyentuh di bawah US$ per MMBTU. "Mulai ada peningkatan, diharapkan stabil di level US$ 6 hingga US$ 8 per MMBTU," jelas Dwi.