Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Di sisi lain, Fabby mengatakan bahwa efek pandemi Corona ini sangat menekan industri modul PLTS photovoltaic (pv) lokal. Menurut Fabby, sejumlah produsen lokal terutama yang hanya mengandalkan pasar domestik melalui proyek pemerintah berpotensi untuk collapse dalam 6 bulan ke depan jika tidak ada pemesanan baru.
Tak hanya melemahnya permintaan, industri modul surya dalam negeri juga tertekan oleh harga impor bahan baku yang melonjak, kurs rupiah serta kendala logistik. Padahal, kapasitas produksi modul surya lokal mencapai 500 MW-600 MW.
"Masa depan industri pv domestik terancam dari sisi modal kerja, tenaga kerja dan daya saing produk," kata Fabby.
Di tengah tekanan pandemi seperti saat ini, Fabby mangajukan sejumlah usulan agar prospek pengembangan PLTS bisa tetap bersinar. Menurutnya, pemerintah harus tetap mendorong permintaan PLTS domestik, termasuk melalui proyek-proyek pemerintah. Sehingga target 30% atap bangunan pemerintah dengan PLTS bisa tetap dikejar pada 2020 dan 2021.
Baca Juga: Ada Pandemi corona, bagaimana nasib revisi UU Minerba dan penyusunan UU EBT?
Fabby juga melihat perlunya dukungan pembiayaan untuk pemasangan PLTS Atap rumah tangga maupun bangunan kmersial dan industri, seperti melalui softloan. Selain itu, ia juga mengusulkan adanya dukungan modal usaha dan pembiayaan terhadap industri pv modal, serta jaminan pembelian produk untuk PLTS program pemerintah.
Lebih lanjut, Fabby juga mengusulkan adanya realokasi subsidi listrik untuk rumah tangga miskin golongan 450 VA dan 900 VA untik instalasi PLTS Atap on-grid berkapasitas 1,5-2 kWp per rumah tangga. Ia bahkan mengusulkan program PLTS Atap sebagai upaya pemulihan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang bisa diintegrasikan dengan program Kartu Prakerja.
Dalam perhitungannya, jika pemerintah menargetkan instalasi PLTS Atap sebanyak 1 Gigawatt peak (GWp) per tahun untuk rumah tangga miskin golongan pelanggan PLN 450 VA dan 900 VA, maka akan ada sekitar 500.000 rumah yang terpasang dengan kapasitas 2 kWp.
Menurutnya, dana yang dibutuhkan untuk program tersebut berkisar di angka Rp 13 triliun-Rp 15 triliun dan selama setahun dapat menyerap tenaga kerja sekitar 20.000 orang dan indirect employment sekitar 10.000 orang.
"Jadi tidak hanya meningkatkan jumlah kapasitas EBT. Tapi EBT bisa sebagai stimulus pertumbhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja," kata Fabby.
Baca Juga: Ini 6 startup EBT yang masuk program inkubasi dan akserasi New Energy Nexus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News