kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Teten Masduki dorong petani kopi bentuk koperasi untuk atasi dampak pandemi


Rabu, 23 September 2020 / 22:57 WIB
Teten Masduki dorong petani kopi bentuk koperasi untuk atasi dampak pandemi
ILUSTRASI. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan bahwa perluasan pasar produk UMKM dan pelatihan peningkatan kapasitas SDM UMKM sebaiknya bekerja sama dengan platform digital.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

Baca Juga: Konsolidasi data UMKM ditargetkan tahun depan, ini tantangan yang dihadapi

Sementara itu, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menegaskan, ada tiga produk unggulan Lampung, yaitu lada, kopi, dan kakao. Menurutnya, Produksi Kopi Lampung tahun 2019 sebesar 110.264 ton, dengan luas lahan 156.821 hektare.

Lampung disebut Arinal merupakan penghasil Kopi terbesar ke- 2 di Indonesia. Produksi Kopi Lampung, Tahun 2019 sebesar 110.291 ton dan 99,97% produksi Kopi tersebut adalah jenis Kopi Robusta.

Pihaknya akan mendorong agar para petani kopi menggunakan lahan pertanian, karena saat ini petani kopi sebagian besar berasal dari hutan.

Arinal optimistis dengan hilirisasi sektor pertanian ke lahan rakyat, maka ditargetkan produksi menjadi 4 ton per hektare dari 0,7 ton per hektare saat ini.

"Sebaran kopi Lampung sebagian besar terdapat di hutan. Sehingga belum sepenuhnya tersentuh teknologi," kata Arinal.

Adapun, Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menjelaskan, produksi kopi Arabica Gayo di Aceh merupakan terbesar di Asia Tenggara, yang telah diekspor ke 26 negara di dunia, dalam volume hingga 9.095 juta kilogram.

Baca Juga: Sinergi Kementerian Koperasi UKM dan BKPM kembangkan UMKM dan koperasi

"Kopi Arabica Gayo, yang berkualitas sangat baik dan bersertifikat, merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Puncak masa panen adalah akhir September 2020, yang dapat menghasilkan hingga 70 persen produksi. Aceh mengekspor 9.095 juta kilogram Kopi Gayo ke 26 negara," ujarnya.

Namun menurutnya, akibat pandemi Covid-19, ekspor kopi dan rempah-rempah mengalami penurunan signifikan. DampakĀ  Covid-19 yang melanda dunia, disebutnya tak terkecuali berimbas juga ke industri kopi.

Hal tersebut menjadi perhatian Pemda Aceh, karena kopi dan rempah sangat sedikit terserap pasar, sisanya menumpuk di gudang.

Pihaknya berharap pemerintah dapat melakukan intervensi agar biaya ekspor menjadi lebih terjangkau, juga menyediakan gudang dan membuka peluang pasar baru bagi para petani kopi di wilayahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×