kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,24   -23,49   -2.53%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga generasi kedua dari keluarga konglomerat bicara tren properti


Minggu, 04 November 2018 / 15:48 WIB
Tiga generasi kedua dari keluarga konglomerat bicara tren properti
ILUSTRASI. Apartemen Kawana Golf Residence


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan gaya hidup akibat perkembangan teknologi belakangan ini telah membawa dampak besar bagi tren pengembangan properti. Para pengembang sudah tidak bisa lagi asal melepas produk ke pasar agar bisa bertahan. Dalam menciptakan produk, mereka harus berangkat dari teren kebutuhan dan tren gaya hidup masa kini.

Perubahan inilah yang disadari oleh tiga pengusaha properti, generasi kedua keluarga konglomerat. Karuna Murdaya, Direktur PT Central Cipta Murdaya mengatakan, perubahaan tren properti saat ini berjalan sangat cepat. Dari tren ruko modern, berubah ke perkembangan mall. Sekarang shopping mall turun karena perubahan teknologi yang membuat tren belanja dari departemen store bergerak ke belanja online retail.

Oleh karena itu, untuk bisa terus tumbuh menurut Karuna maka pengembangan properti ke depan harus fleksibel. Dulu orang tidak pernah berpikir bahwa apartemen akan berkompetisi dengan hotel. Namun, dengan perkembangan teknologi saat ini dan hadirnya konsep RBnB membuat keduanya bersaing memperebutkan pasar.

"Jadi kalau mau bertahap, kita harus fleksibel. Satu gedung yang kita bangun saat ini harus bisa jadi apa saja, bisa apartemen, bisa mall, bisa jadi hotel. Memang jadi tidak jelas, seperti banci tapi tidak apa-apa. Jadi yang harus kita pikirkan saat ini adalah bagaimana membuat banci yang paling cantik," ujar Karuna, Jumat (2/11).

Senada, Alexander Kusuma, CEO Agung Sedayu Retail Indonesia mengatakan, pengembang harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang begitu cepat. Dalam menciptakan sebuah produk tidak bisa lagi hanya memiliki tren yang ada saat ini tetapi harus juga mempelajari tren gaya hidup yang akan terjadi di masa depan.

Pembangunan satu gedung bertingkat membutuhkan waktu sekitar empat tahun. Bisa dibayangkan apa yang terjadi saat gedung selesai dibangun namun life style sudah berubah. Jika master plant pengembangan tidak memperhitungkan bagaimana tren yang ada di masa mendatang maka kerugian yang akan didapatkan pengembang.

"Kita lihat apartemen sekrang tambah lama tambah kecil, shopping mall sekarang sudah berubah jadi living room bagi sebagain masyarakat atau sebagai taman bermain. Makanya sekarang kami belum bangun mall, kami sedang menggodok apakah shopping mall ini masih bisa dibangun, kita sedang pelajari lagi." jelas Alexander.

Sementara dalam jangka pendek, Agung Sedayu akan fokus mengembangkan area publik. Alexander melihat public space di Jakarta saat ini sangat kurang. Taman-taman sudah terbatas sehingga kehadiran ruang-ruang bagi masyarakat sangat diperlukan.

Adapun Sutedja Darmono, Presiden Direktur Jababeka Residence melihat tren properti itu sudah saatnya bergerak ke pengembangan highrise atau vertikal. Pasalnya, kebutuhan hunian masih sangat besar sementara ketersedian lahan sudah semakin terbatas. "Di China saja yang luas tanah mereka masih sangat besar, penduduknya didorong untuk tinggal di highrise. Makanya pengembangan disana sangat efisien," kata Sutedja.

Dalam pengembangan properti, Jababeka Residence fokus dalam mengembangkan kota mandiri yang di dalamnya lengkap baik hunian, perkantoran, pusat belanja dan fasilitas pendukung untuk penghuninya seperti sekolah-sekolah.

Karuna dan Alexander juga sepakat bahwa pengembangan properti ke depan harus mengarah pada highrise di tengah jumlah lahan yang semakin terbatas. Mereka sangat mendukung konsep pengembangan transit oriented development (TOD) meskipun saat ini aturannya masih belum jelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×