Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Titan Infra Sejahtera (TIS) menyiapkan strategi untuk mengoptimalkan bisnis penyediaan infrastruktur dan layanan logistik batubara terintegrasi. TIS saat ini mengelola jalur logistik batubara terpanjang di Sumatra Selatan (Sumsel).
Direktur Titan Infra Sejahtera, Victor B. Tanuadji membeberkan bahwa TIS menjalankan bisnisnya melalui dua anak usaha, yakni PT Servo Lintas Raya (SLR) dan PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ).
Melalui SLR, TIS mengoperasikan jalan khusus batubara (hauling road) sepanjang 118 kilometer berkapasitas 50 juta ton.
Baca Juga: Harga DMO Batubara Masih Sulit Naik, Ini Penyebabnya
Hauling road tersebut menghubungkan wilayah Kabupaten Lahat, Muara Enim dan Penukal Abab Lematang Ilir. Adapun, Kabupaten Lahat dan Muara Enim merupakan lumbung batubara di Sumsel.
Mengusung strategi infrastruktur dan layanan logistik terintegrasi, hauling road SLR terkoneksi dengan pelabuhan batubara yang dioperasikan oleh SDJ. Saat ini, SDJ dapat menampung 34 juta ton batubara per tahun.
”Kami menyadari kebutuhan para pelaku industri tambang batubara di Sumsel untuk tumbuh dan meningkatkan volume produksinya. Karena itu, kami siap mendukung dengan menyediakan infrastruktur logistik batubara yang andal dan terintegrasi,” kata Victor dalam keterangan yang disampaikan pada Selasa (9/12/2025).
Victor pun mengungkapkan strategi ekspansi dan rencana penguatan bisnis TIS. Pertama, TIS berencana untuk terus meningkatkan kapasitas pelabuhan yang dioperasikan oleh SDJ hingga menjadi 45 juta ton per tahun.
Kedua, TIS akan terus meningkatkan kualitas jalan angkut. Direktur Utama Titan Infra Sejahtera, Suryo Suwignjo mengatakan bahwa saat ini TIS sedang meningkatkan kualitas jalan angkut batubara SLR secara bertahap dari jalan gravel menjadi jalan chipseal.
Baca Juga: Jelang Tutup Tahun, Ekspor Batubara Indonesia Diprediksi Turun 7%-8%
“Jalan angkut chipseal memangkas waktu tempuh hingga 50% dari sebelumnya 7-8 jam menjadi hanya 3-4 jam per trip. Waktu tempuh lebih cepat berarti lebih hemat BBM, kualitas jalan lebih mulus juga mengurangi biaya pemeliharaan truk,” kata Suryo.
Selain meningkatkan kualitas jalan angkut, Suryo menambahkan bahwa TIS menerapkan strategi pertumbuhan dengan membangun jalan pengumpan (feeder road). Strategi ini dilakukan untuk menjangkau area tambang yang belum terkoneksi jalan SLR.
Suryo bilang, TIS mengusung berbagai strategi tersebut untuk mengantisipasi pertumbuhan volume produksi batubara di Sumsel. Pasalnya, Sumsel memiliki potensi batubara yang melimpah, sebagai salah satu provinsi dengan cadangan batubara terbesar di Indonesia.
Provinsi Sumsel memiliki cadangan batubara sekitar 9,3 miliar ton. Namun, volume produksi batubara Sumsel baru mencapai sekitar 100 juta ton per tahun.
Sebagai perbandingan, total produksi batubara dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan mampu menembus 687 juta ton pada tahun 2024.
Baca Juga: Harga DMO Batubara Tak Naik Sejak 2018, Kementerian Keuangan Ungkap Penyebabnya
Dus, peluang untuk memacu produksi batubara di Sumsel masih terbuka lebar. Saat ini, TIS memberikan layanan logistik dan infrastruktur pada sejumlah produsen besar, seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Mustika Indah Permai (MIP) – anak usaha PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT Manambang Muara Enim (MME) dan PT Duta Bara Utama (DBU).
Selanjutnya: Bidik Penjualan Rp 3 Triliun di 2026, Simak Strategi Caturkada Depo Bangunan (DEPO)
Menarik Dibaca: MemeCore Mendaki ke Puncak Kripto Top Gainers saat Pasar Terkoreksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













