Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Sukriyanto menambahkan, saat ini TubanPetro sebagai perpanjangan tangan Pertamina berkomitmen untuk melaksanakan penugasan Pemerintah untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) melalui Revamp Platformer dan Revamp Aromatik yang akan selesai tepat waktu.
Baca Juga: Jokowi perintahkan Erick Thohir, Ahok, dan Dirut Pertamina tuntaskan kilang TPPI
Revamp platforming bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan unit platforming dari 50 ribu barrel perhari menuju 55 ribu barrel per hari.
Sedangkan Revamp Aromatik adalah untuk memproduksi 780 ribu ton per tahun paraxylene dari kapasitas saat ini sebesar 600 ribu ton. Hal ini dilakukan untuk menaikkan pendapatan perusahaan dan memenuhi kebutuhan domestik paraxylene serta menurunkan impor.
Pengintegrasian kilang aromatic dengan olefin dan downstream-nya di komplek TPPI akan meningkatkan efisiensi produksi serta daya saing. Hal ini merupakan langkah strategis yang akan dilakukan Pertamina, menyusul masuknya Pertamina sebagai pemegang saham TubanPetro pada akhir tahun lalu.
Semua langkah strategi tersebut ditujukan untuk meningkatkan produktivitas, profitabilitas dan sustainabilitas perusahaan. Pertamina melalui TubanPetro telah menyuntikkan modal ke TPPI sebesar US$ 70 juta di mana US$ 35 juta digunakan untuk sebagian pembiayaan proyek revamping.
Menurut Sukriyanto, pengembangan-2 yang akan dilakukan adalahdalam rangka meningkatkan performance group dan mendukung roadmap pengembangan petrokimia Pertamina yang terintegrasi dengan bisnis migas Pertamina yang ada selama ini, sehingga dimungkinkan untuk segera direalisasikan dalam waktu dekat.
Berbagai optimalisasi yang saat ini tengah dilakukan, menjadi bukti bahwa kebijakan restrukturisasi terhadap TubanPetro merupakan langkah tepat. Kini, TubanPetro konsisten melakukan perluasan kapasitas produksi di anak usaha. Perusahaan optimistis bahwa bisnis petrokimia ke depan akan tetap cerah.
Baca Juga: Jokowi: Kilang petrokimia TPPI bisa hemat devisa hingga US$ 4,9 miliar