kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

TPPI menerima pengelolaan kilang elpiji Tuban LPG Indonesia (TLI) dari negara


Rabu, 08 Juli 2020 / 09:46 WIB
TPPI menerima pengelolaan kilang elpiji Tuban LPG Indonesia (TLI) dari negara
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12/2019). PT Pertamina (Persero) berencana mengembangkan kawasan tersebut menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kila


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja  anak  usaha PT  Tuban  Petrochemical  Industries  (TubanPetro), yakni PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) diyakini akan semakin baik di masa  depan  seiring  kemampuan  produksi  yang  terus  bertambah. Paling  baru,  TPPI menerima pengelolaan dan pengoperasian kilang elpiji PT Tuban LPG Indonesia (TLI) dari Negara.

Sebelumnya  Pengadilan  telah  memutuskan untuk  merampas  dan  menyerahkan aset kilang LPG yang dimiliki oleh TLI setelah Honggo divonis 16 tahun penjara dan denda Rp  1  miliar  subsider  enam  bulan  kurungan  atas  kasus korupsi pasokan kondensat dari  SKK  Migas(dulu  bernama  BP  Migas).  Aset  kilang  TLI  tersebut  diserahkan  ke negara cq Menteri Keuangan oleh Kejaksaan Agung pada Selasa (7/7).

Baca Juga: TubanPetro pastikan pengembangan bisnis tetap jalan di tengah covid-19

Proses  pelimpahan  aset  kilang  TLI  ke  negara dapat  mendukung rencana untuk mengurangi  defisit  neraca  perdagangan  dari  sektor bahan  bakar  minyak  dan produk petrokimia.

Direktur Utama TubanPetro  Sukriyano   menyampaikan, pabrik  elpiji  TLI mampu memproduksi LPG (Liquified Petroleum Gas) sebanyak 20 ton per jam. Alhasil dalam sehari   mampu   memproduksi   elpiji   sebanyak   480   ton.  

Sehingga produksi dalam setahun dapat mencapai  175.200  ton. Kilang  TLI ini  mendapat  pasokan bahan  baku dari gas buang hasil proses produksi TPPI yang kemudian diproses menjadi elpiji.

“Jika tidak ada pabrik elpiji, maka kapasitas produksi yang saya sebutkan tadi, hanya akan terbuang  ke  udara.  Sementara  jika  diintegrasikan,  dapat  diubah  menjadi  elpiji, hasilnya dapat dijual di dalam negeri sehingga mengurangi impor dan TPPI mendapat sumber  pemasukan  baru  yang  dapat  mendorong  kinerja  keuangan  menjadi  lebih baik,” ujar Sukriyanto, dalam Siaran Pers, Rabu (8/7).

Sukriyanto    menambahkan, saat    ini TubanPetro sebagai    perpanjangan    tangan Pertamina berkomitmen    untuk    melaksanakan    penugasan Pemerintah untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) melalui Revamp  Platformer  dan  Revamp  Aromatik yang akan  selesai  tepat waktu.

Baca Juga: Jokowi perintahkan Erick Thohir, Ahok, dan Dirut Pertamina tuntaskan kilang TPPI

Revamp platforming bertujuan meningkatkan kapasitas pengelolaan unit platforming dari  50  ribu  barrel  perhari  menuju  55  ribu  barrel  per  hari. 

Sedangkan  Revamp Aromatik   adalah   untuk   memproduksi   780   ribu   ton   per   tahun   paraxylene   dari kapasitas   saat   ini   sebesar   600   ribu   ton.   Hal   ini   dilakukan   untuk   menaikkan pendapatan   perusahaan dan   memenuhi   kebutuhan   domestik   paraxylene   serta menurunkan impor.

Pengintegrasian kilang aromatic dengan olefin dan downstream-nya di komplek TPPI akan  meningkatkan  efisiensi produksi serta daya  saing.  Hal  ini merupakan  langkah strategis  yang  akan  dilakukan  Pertamina,  menyusul  masuknya  Pertamina  sebagai pemegang saham TubanPetro pada akhir tahun lalu.

Semua langkah strategi tersebut ditujukan   untuk meningkatkan   produktivitas,   profitabilitas   dan   sustainabilitas perusahaan.   Pertamina  melalui TubanPetro  telah  menyuntikkan  modal  ke  TPPI  sebesar  US$  70 juta di mana US$ 35 juta digunakan untuk sebagian pembiayaan proyek revamping.

Menurut  Sukriyanto,  pengembangan-2  yang  akan  dilakukan  adalahdalam  rangka meningkatkan    performance    group    dan    mendukung    roadmap    pengembangan petrokimia  Pertamina  yang  terintegrasi  dengan  bisnis  migas  Pertamina  yang  ada selama ini, sehingga dimungkinkan untuk segera direalisasikan dalam waktu dekat.

Berbagai optimalisasi yang saat ini tengah dilakukan, menjadi bukti bahwa kebijakan restrukturisasi  terhadap  TubanPetro  merupakan  langkah  tepat. Kini, TubanPetro konsisten melakukan perluasan kapasitas produksi di anak usaha. Perusahaan optimistis bahwa bisnis petrokimia ke depan akan tetap cerah.

Baca Juga: Jokowi: Kilang petrokimia TPPI bisa hemat devisa hingga US$ 4,9 miliar

Apalagi di tengah   Covid-19   berbagai   produk alat   kesehatan   yang   notabene   memerlukan berbagai  bahan  baku  dari  petrokimia,  dari  sisi  permintaan  terus  tumbuh. Seperti kebutuhan untuk produk APD, kantong infus, obat-obatan, hingga masker medis.

“Saat ini proyek penugasan untuk memperbesar kapasitas produksi paraxylene di TPPI terus berjalan. Untuk kapasitas produksi di anak usaha, tidak ada pengurangan sama sekali,” tegas Sukriyanto.

Sukriyanto melanjutkan, saat ini juga telah dilakukan peningkatan kapasitas produksi polypropylene   salah   satu   anak   usaha   TubanPetro,   yakni   PT   Polytama   Propindo (Polytama). Pabrik Polytama yang sebelumnya memproduksi 240 ribu metrik ton per tahun, kini dapat memproduksi 300 ribu metrik ton per tahun.

Ke depan akan dibangun pula pabrik penghasil polypropylene kedua yang menggandakan  kapasitas  produksi  saat  ini,  mengingat  permintaan  domestik  atas polypropylene yang masih sangat tinggi.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati sebelumnya menyampaikan,  dua  proyek  di  TPPI  terus  berjalan  yakni  revamping  untuk  aromatic dan  pembangunan  unit produksi  olefin.  Dua proyek tersebut  akan  dituntaskan  di akhir 2022 sesuai janji kepada Presiden Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×