kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Trans Retail Indonesia mengaku masih butuh stimulus kendati PPKM dilonggarkan


Selasa, 07 September 2021 / 21:52 WIB
Trans Retail Indonesia mengaku masih butuh stimulus kendati PPKM dilonggarkan
ILUSTRASI. Trans Retail Indonesia mengaku masih butuh stimulus kendati PPKM dilonggarkan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dampak pandemi Covid-19 masih cukup terasa di sektor ritel, tak terkecuali PT Trans Retail Indonesia. Sekalipun ada pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa tempat, hal ini tak lantas langsung memulihkan bisnis perusahaan tersebut.

Satria Hamid, Vice President Corporate Communications Transmart Carrefour menyampaikan, pelonggaran PPKM yang sebelumnya cukup ketat memang akan membawa dampak ke bisnis secara keseluruhan. Namun, harus diakui bahwa menumbuhkan kepercayaan konsumen untuk datang ke toko ritel bukan perkara mudah.

“Saat ada pelonggaran, memang ada pertumbuhan tapi belum sampai ke level yang normal. Beberapa masyarakat masih menahan diri untuk keluar,” ungkap dia saat dihubungi Kontan, beberapa hari lalu.

Pihak Trans Retail Indonesia sendiri terus mencari peluang di tengah tekanan pandemi yang terus mengancam. Salah satu segmen yang dinilai masih prospektif adalah penjualan produk-produk barang pokok atau sembako. Produk tersebut akan selalu dibutuhkan masyarakat meski terjadi pembatasan sosial yang ketat.

Baca Juga: Transmart berharap sektor ritel dapat dorongan stimulus dari pemerintah

Satria menyebut, pihaknya masih menanti berbagai stimulus yang diberikan pemerintah pusat maupun daerah untuk menyelamatkan sektor ritel, seperti keringanan pajak reklame dan pajak bumi dan bangunan (PBB).

Tak hanya itu, ia juga menyoroti kebijakan pemerintah yang masih melarang anak usia 12 tahun ke bawah untuk mengunjungi toko ritel modern atau mal. Hal ini bertentangan dengan karakteristik Trans Retail Indonesia yang tak hanya menyajikan barang-barang kebutuhan masyarakat, melainkan juga hiburan.

“Padahal segmen pasar kami adalah keluarga. Kalau anak usia 12 tahun ke bawah dilarang, ini akan mempengaruhi tingkat keterkunjungan kami,” terangnya.

Makanya, Satria berharap agar pemerintah mengevaluasi kembali aturan tersebut. Apalagi, di saat yang sama kegiatan sekolah yang melibatkan anak-anak dan remaja secara tatap muka sudah dimulai kembali secara bertahap di sejumlah daerah.

Baca Juga: Bisnis Wahana Hiburan Tertohok PPKM, Kepedihan Itu Dirasakan Ancol dan Trans Studio

Lebih lanjut, meski toko-toko ritel Trans Retail Indonesia telah dibuka, namun hal yang serupa tidak terjadi pada Trans Studio yang notabene menghadirkan berbagai wahana hiburan dan bermain.

“Kami harap arena bermain juga bisa kembali dibuka, sebagaimana kegiatan belajar offline yang mulai diberlakukan lagi,” pungkas Satria.

Selanjutnya: Bisnis ritel menantang, penutupan gerai jadi opsi terakhir Trans Retail Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×