kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Transisi Energi Shell, Bangun Fasilitas Pengisian Baterai EV hingga Gaet Ferrari


Minggu, 17 September 2023 / 20:46 WIB
Transisi Energi Shell, Bangun Fasilitas Pengisian Baterai EV hingga Gaet Ferrari
ILUSTRASI. Global Executive Vice President for Mobility at Shell Istv?n Kapit?ny


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Shell sebagai perusahaan energi berskala global senantiasa berinovasi dalam produk-produknya untuk mengikuti perkembangan transisi energi ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Dalam bisnis mobility alias SPBU, Shell mengembangkan fasilitas pengisian baterai untuk kendaraan listrik atau yang biasa disebut electric vehicle (EV).

Global Executive Vice President for Mobility at Shell István Kapitány mengatakan, sejauh ini, Shell memiliki lebih dari 40.000 titik pengisian baterai EV yang tersebar di 30 negara di seluruh dunia. Ada yang terletak di area yang sama dengan SPBU Shell maupun berdiri sendiri.

Di China, Shell telah memiliki sekitar 2.000 stasiun pengisian baterai EV yang terletak di SPBU dan lebih dari 800 stasiun independen.

Sementara di Indonesia, titik pengisian baterai EV Shell baru tersedia di SPBU Shell Antasasi, SPBU Shell Pluit, SPBU Shell tol Jagorawi, dan Pacific Place Mall, Jakarta.

Menurut István Kapitány, masyarakat saat ini beradaptasi dengan perubahan realitas dan perubahan di Asia terjadi sangat cepat.

"Di Asia, kami sangat bangga telah memiliki 5.000 titik pengisian baterai EV yang tersebar di 14 negara. Jumlah tersebut relatif signifikan dibandingkan dengan total EV charging Shell yang ada," tuturnya di Marina Bay Sands, Singapura, Sabtu (16/9).

Baca Juga: Sah! Pertamina dan Petronas Masuk Blok Masela Gantikan Shell

Shell juga tengah mengembangkan serta memperluas jangkauan stasiun pengisian baterai EV di Inggris, Eropa, Amerika Serikat, dan Amerika Latin. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Shell untuk menjadi perusahaan energi dengan emisi nol pada tahun 2050.

Kemudian, dalam kemitraannya dengan pabrikan mobil Scuderia Ferrari yang sudah berlangsung lebih dari 70 tahun, Shell menggunakan ajang balap mobil Formula 1 sebagai platform inovasi dekarbonisasi.

Shell dan Scuderia Ferrari mengembangkan bahan bakar serta pelumas masa depan yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi karbon demi mencapai misi net-zero carbon F1 pada 2030.

Yang Shell pelajari di lintasan balap Formula 1 dibawa ke jalanan umum. Pasalnya, produk Shell V-Power yang menjadi bahan bakar Scuderia Ferrari di Formula 1 mengandung setidaknya 99% jenis komposisi yang sama dengan bahan bakar jalan raya Shell V-Power yang tersedia bagi pelanggan di seluruh dunia.

Sebagai catatan, penjualan Shell V-Power mencapai sekitar 20% dari total penjualan bahan bakar Shell secara global.

Executive Vice President for Global Lubricants at Shell Jason Wong mengatakan, untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi pelumas serta mengurangi emisi karbon, Shell memasang panel surya di fasilitas produksinya Selain itu, Shell menggunakan sumber daya dari energi terbarukan.

Baca Juga: Shell Eco-Marathon 2023: 66 Tim Siap Bertanding di Sirkuit Mandalika

Pabrik pelumas Marunda (Marunda Lubricants Oil Blending Plant/ LOBP) di Bekasi, Jawa Barat merupakan bagian dari strategi Shell untuk mengurangi emisi dari kegiatan operasionalnya.

Pabrik dengan kapasitas produksi 300 juta liter pelumas per tahun dilengkapi dengan berbagai fitur keberlanjutan yang meliputi instalasi panel surya dan sistem penampungan air hujan (rainwater harvesting system) untuk membantu mengurangi konsumsi air.

LOBP Marunda memproduksi beragam produk pelumas terkemuka dari Shell, yaitu Shell Helix (pelumas mesin mobil), Shell Advance (pelumas motor), Shell Rimula (pelumas mesin diesel heavy duty), Shell Spirax (pelumas transmisi), dan pelumas industri lainnya.

Produk-produk ini mendukung kebutuhan pelumas untuk kendaraan bermotor dan sejumlah sektor lainnya seperti pertambangan, pembangkit listrik, transportasi, dan pembangunan infrastruktur.

Upaya Shell Mewujudkan Transisi Energi

Jason menyampaikan, untuk mewujudukan transisi energi ke energi yang lebih ramah lingkungan secara efektif, masyarakat harus menyadari nilai dari energi hijau itu sendiri. Hal ini diperlukan supaya investasi yang digelontorkan bisa berkelanjutan dan memberikan imbal hasil.

Baca Juga: Strategi Powering Progress Shell untuk Kembangkan Electric Vehicle

Namun, untuk mewujudkannya, perlu kerja sama dari berbagai pihak, tidak bisa hanya satu individu ataupun satu perusahaan saja.

“Bayangkan kalau semua orang di dunia sudah menggunakan EV dan sumber daya pengisiannya berasal dari energi terbarukan. Efeknya akan berbeda dibandingkan dengan semua orang menggunakan EV, tetapi daya untuk pengisian baterainya masih berasal dari energi fosil,” tutur Jason.

Jason menuturkan, beberapa cara untuk mendorong terwujudnya transisi energi dengan menggandeng beberapa pihak.

Pertama, bekerja sama dengan asosiasi industri tertentu dalam menetapkan standard emisi untuk seluruh perusahaan di industri yang bersangkutan sehingga semua pihak berkewajiban mengikuti standard tersebut.

Kedua, Shell bisa bekerja sama dengan pasar karbon dan meneruskan biaya karbon ke pelanggan sehingga mereka menyadari bahwa energi hijau lebih bernilai dari energi fosil.

Ketiga, Shell juga bekerja sama dengan original equipment manufacturer (OEM) untuk mempelajari spesifikasi teknologi terbaru sehingga dapat tetap mengikuti perkembangan yang ada.

Shell menetapkan anggaran investasi sebesar US$ 10 miliar-US$ 15 miliar dolar untuk 2023 hingga 2025 untuk mendukung pengembangan solusi rendah karbon energi karbon, termasuk biofuel, hidrogen, pengisian daya EV, serta carbon capture and storage (CCS).

Di sisi lain, untuk mengurangi emisi karbon, Jason melihat ada berbagai cara yang dapat dilakukan di luar penggunaan EV.  

Baca Juga: Terus Bertambah, Shell Telah Memiliki 210 SBPU di Indonesia Hingga Juni 2023

“Selama masih menggunakan energi fosil, masyarakat dapat perlahan berpindah ke LNG yang lebih rendah emisi dan berkelanjutan, serta bisa menggunakan pelumas premium untuk motor dan mobillnya supaya dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar,” kata Jason.

Vice President Lubricants Asia Pacific Mansi Madan Tripathy menambahkan, Shell telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak di India, Filipina, dan Thailand untuk mengumpulkan botol plastik bekas dan pelumas habis pakai. Shell mengumpulkannya dari pertambangan, bengkel, dan berbagai tempat lainnya.

Di Indonesia, Shell tengah mencari mitra yang dapat bekerja sama untuk hal ini. Mitra tersebut akan mengumpulkan oli bekas pakai dari para pelanggan end-user, termasuk bengkel kendaraan yang biasanya menjadi tempat para pengguna motor dan mobil melakukan penggantian oli secara reguler untuk kemudian didaur ulang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×