Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Upaya Shell Mewujudkan Transisi Energi
Jason menyampaikan, untuk mewujudukan transisi energi ke energi yang lebih ramah lingkungan secara efektif, masyarakat harus menyadari nilai dari energi hijau itu sendiri. Hal ini diperlukan supaya investasi yang digelontorkan bisa berkelanjutan dan memberikan imbal hasil.
Baca Juga: Strategi Powering Progress Shell untuk Kembangkan Electric Vehicle
Namun, untuk mewujudkannya, perlu kerja sama dari berbagai pihak, tidak bisa hanya satu individu ataupun satu perusahaan saja.
“Bayangkan kalau semua orang di dunia sudah menggunakan EV dan sumber daya pengisiannya berasal dari energi terbarukan. Efeknya akan berbeda dibandingkan dengan semua orang menggunakan EV, tetapi daya untuk pengisian baterainya masih berasal dari energi fosil,” tutur Jason.
Jason menuturkan, beberapa cara untuk mendorong terwujudnya transisi energi dengan menggandeng beberapa pihak.
Pertama, bekerja sama dengan asosiasi industri tertentu dalam menetapkan standard emisi untuk seluruh perusahaan di industri yang bersangkutan sehingga semua pihak berkewajiban mengikuti standard tersebut.
Kedua, Shell bisa bekerja sama dengan pasar karbon dan meneruskan biaya karbon ke pelanggan sehingga mereka menyadari bahwa energi hijau lebih bernilai dari energi fosil.
Ketiga, Shell juga bekerja sama dengan original equipment manufacturer (OEM) untuk mempelajari spesifikasi teknologi terbaru sehingga dapat tetap mengikuti perkembangan yang ada.
Shell menetapkan anggaran investasi sebesar US$ 10 miliar-US$ 15 miliar dolar untuk 2023 hingga 2025 untuk mendukung pengembangan solusi rendah karbon energi karbon, termasuk biofuel, hidrogen, pengisian daya EV, serta carbon capture and storage (CCS).
Di sisi lain, untuk mengurangi emisi karbon, Jason melihat ada berbagai cara yang dapat dilakukan di luar penggunaan EV.
Baca Juga: Terus Bertambah, Shell Telah Memiliki 210 SBPU di Indonesia Hingga Juni 2023
“Selama masih menggunakan energi fosil, masyarakat dapat perlahan berpindah ke LNG yang lebih rendah emisi dan berkelanjutan, serta bisa menggunakan pelumas premium untuk motor dan mobillnya supaya dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar,” kata Jason.
Vice President Lubricants Asia Pacific Mansi Madan Tripathy menambahkan, Shell telah menjalin kerja sama dengan beberapa pihak di India, Filipina, dan Thailand untuk mengumpulkan botol plastik bekas dan pelumas habis pakai. Shell mengumpulkannya dari pertambangan, bengkel, dan berbagai tempat lainnya.
Di Indonesia, Shell tengah mencari mitra yang dapat bekerja sama untuk hal ini. Mitra tersebut akan mengumpulkan oli bekas pakai dari para pelanggan end-user, termasuk bengkel kendaraan yang biasanya menjadi tempat para pengguna motor dan mobil melakukan penggantian oli secara reguler untuk kemudian didaur ulang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News