kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.442   107,00   0,66%
  • IDX 7.936   30,42   0,38%
  • KOMPAS100 1.106   -3,16   -0,28%
  • LQ45 813   -4,14   -0,51%
  • ISSI 266   0,45   0,17%
  • IDX30 421   -2,53   -0,60%
  • IDXHIDIV20 488   -3,70   -0,75%
  • IDX80 123   -0,68   -0,55%
  • IDXV30 131   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 136   -1,35   -0,98%

Tren Penjualan Mobil Malaysia Melesat, Ini Pengaruhnya ke Indonesia


Rabu, 27 Agustus 2025 / 09:44 WIB
Tren Penjualan Mobil Malaysia Melesat, Ini Pengaruhnya ke Indonesia
ILUSTRASI. Informasi bahwa Malaysia telah menyalip Indonesia sebagai pasar mobil terbesar di ASEAN menarik perhatian banyak pelaku industri otomotif. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Di sisi lain, pertumbuhan pasar mobil di Malaysia juga didukung oleh kontribusi merek lokal seperti Perodua dan Proton, yang menguasai 63 persen pasar domestik mereka. 

Namun, Kukuh mengingatkan bahwa menjual mobil bukan hanya tentang memproduksi kendaraan. 

“Bikin mobil itu mudah, bisa bikin apa saja. Tapi bikin mobil yang bisa laku dijual itu satu hal. Bikin mobil yang bisa dijual dan berkelanjutan, itu sisi lain lagi,” ungkapnya. 

Data Resmi Masih Mendukung Indonesia 

Klaim bahwa Malaysia telah menyalip Indonesia dalam penjualan mobil domestik banyak dibicarakan setelah beberapa media asing membandingkan data penjualan masing-masing negara. Namun, Kukuh, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum AAF, membantah hal tersebut. 

"Menurut data AAF yang menaungi otomotif di ASEAN, data kita baru sampai Mei 2025 dan Indonesia masih unggul," tegasnya. 

Total penjualan kendaraan di Indonesia mencapai 316.981 unit, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia yang mencatat 314.019 unit. 

Meski terdapat perbedaan dalam kategori penjualan mobil penumpang, di mana Malaysia memimpin dengan 292.430 unit, Kukuh menekankan pentingnya menggunakan data resmi dari AAF untuk membandingkan secara akurat. 

Tonton: Insentif Impor Mobil EV Berakhir pada 2025, BYD-Vinfast CS Wajib Produksi di Indonesia

Tantangan Daya Beli Masyarakat 

Walaupun Indonesia masih memimpin pasar otomotif ASEAN, Kukuh mengakui bahwa pasar nasional tengah menghadapi tantangan, terutama dalam hal daya beli masyarakat. 

Menurut data BPS, jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dari 21,4 persen pada 2019 menjadi 17,1 persen pada 2025. 

“Memang benar saat ini kita sedang mengalami perlambatan dan pengurangan kelas menengah. Tapi kan semua negara juga mengalami hal serupa,” pungkas Kukuh. 

Dengan sejumlah tantangan yang ada, strategi industri otomotif Indonesia perlu terus diperkuat melalui insentif pajak, peningkatan R&D, dan pembangunan merek lokal yang kuat agar dapat tetap bersaing di kancah internasional.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tren Penjualan Mobil Malaysia Melesat, Apa Pengaruhnya ke Indonesia?"

Selanjutnya: Dua Tahun Terakhir ITMG Membagikan Dividen Interim pada September, bisa Dilirik?

Menarik Dibaca: Kumpulan Resep Jus Detox Kaya Nutrisi yang Sehat dan Menyegarkan Tubuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×