Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Gagasan Soekarno kemudian direalisasikan, sekaligus sebagai tonggak berdirinya PT Sarinah (Persero) tepat pada 17 Agustus 1962. Gedung Sarinah yang saat ini berdiri sejatinya dibangun dengan biaya pampasan perang pemerintah Jepang.
Menurut Pengurus Badan Pelestarian Arsitektur IAI Nasional Aditya W Fitrianto, dengan perjalanan panjang yang sudah mencapai lebih dari setengah abad atau 54 tahun itu, mestinya sebelum direnovasi, harus ada proses konsultasi terlebih dahulu.
Baca Juga: McDonald's Indonesia: McDonald's Sarinah akan tutup mulai 10 Mei
"PT Sarinah (Persero) harus berkonsultasi dahulu dengan Tim Sidang Pemugaran (TSP) DKI Jakarta, sebelum memugar atau merenovasi Gedung Sarinah," kata Aditya kepada Kompas.com.
Hal ini karena Gedung Sarinah masuk dalam daftar diduga sebagai cagar budaya DKI Jakarta 2019. Aditya menjelaskan, Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta telah mengkaji Gedung Sarinah dan mengusulkannya sebagai cagar budaya sejak 2016.
"Ya masuk kajian sejak 2016. Tapi itu pun masuk dengan kajian yang lain dalam rancangan Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta per Desember 2019 lalu," imbuh dia.
Baca Juga: McDonald's Sarinah, kenangan manis Bambang Rachmadi, McD Co, dan Rekso Group
Hanya sayangnya, hingga saat ini hasil kajian tersebut belum ditandatangani Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Lepas dari itu, ada sejumlah hal menarik dari Gedung Sarinah yang laik disematkan status sebagai cagar budaya.
Pertama, terdapat relief di balik gerai restoran cepat saji McDonalds. Relief ini menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada saat sebelum kemerdekaan. Para perempuan berkain kemben dengan bahu terbuka, dan petani membawa hasil panen berupa padi dan buah-buahan.
Baca Juga: McDonald's Sarinah resmi tutup mulai Minggu (10/5), begini penjelasan manajemen