kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tuntaskan elektrifikasi di daerah terpencil, Kementerian ESDM lakukan tiga pendekatan


Jumat, 24 April 2020 / 12:38 WIB
Tuntaskan elektrifikasi di daerah terpencil, Kementerian ESDM lakukan tiga pendekatan
ILUSTRASI. Listrik di daerah terpencil


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengakselerasi penuntasan elektrifikasi di 433 desa yang belum menikmati listrik di Indonesia.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) pun sudah menyusun kebijakan strategis dalam menyukseskan program elektrifikasi di wilayah tersebut.

Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Harris menyampaikan, secara garis besar ada tiga pendekatan yang dilakukan pemerintah untuk mengalirkan listrik ke daerah-daerah terpencil.

Tiga pendekatan tersebut dilakukan melalui pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, yaitu perpanjangan jaringan (grid), pengembangan off-grid atau mini grid, dan program pra-elektrifikasi.

Baca Juga: Pencatatan kWh meter pelanggan PLN kini kembali dilakukan melalui layanan WhatsApp

Untuk pendekatan melalui perpanjangan grid bisa diimplementasikan apabila di daerah tersebut sudah dekat dengan jaringan listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

“Metode ekspansi grid bisa diterapkan kalau memang di daerah-daerah situ sudah ada jaringan dan pelanggan yang belum tersambung listrik,” ungkap Harris dalam siaran pers Kementerian ESDM, Jumat (24/4).

Sementara bagi suatu daerah yang penduduknya terpusat dan jauh dari jaringan PLN, maka akan dikembangkan off-grid maupun tabung listrik.

“Apabila memang gridnya tidak ada di sekitar situ, akan tetapi ada komunitas yang terpusat, ada peluang untuk dikembangkan PLTS Terpusat, PLTMH, hingga tabung listrik, tambah Harris.

Terakhir, pendekatan pra-elektrifikasi digunakan jika terdapat daerah yang penduduknya tersebar dan butuh biaya besar dalam pemasangan sistem jaringan. Pendekatan tersebut selain menggunakan tabung listrik juga bisa dengan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).

Harris mencatat, program LTSHE sangat membantu dalam memberikan penerangan rumah tangga di wilayah terpencil, bahkan dalam kurun waktu tiga tahun. Pemerintah pun sudah mendistribusikan LTSHE ke 3.058 desa di wilayah terpencil. Namun, program ini akan digantikan dengan tabung listrik pada 2020.

“Mungkin prinsipnya tidak persis sama dengan LTSHE, tapi tabung listrik mirip dari sisi penyediaan listriknya,” tukas dia.

Baca Juga: Ini tiga stimulus pemerintah untuk tangani wabah corona

Tiga pendekatan tadi didukung oleh kebijakan atas peningkatan kapasitas infrastruktur EBT baik secara komersial maupun nonkomersial. Harris menyebut, untuk infrastruktur EBT komersial, pemerintah sudah memberikan ruang kepada sektor swasta untuk berperan aktif masuk ke dalam penyediaan listrik. Tentunya hal tersebut didasari kontrak dengan PLN.

Adapun untuk infrastruktur EBT nonkomersial, akan ada keterlibatan pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, hingga dana hibah.

Harris juga menggarisbawahi bahwa semua kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah adalah demi meningkatkan mutu pelayanan listrik. “Mudah-mudahan langkah ini bisa membuat layanan listrik dari pemerintah lebih baik lagi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×