kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai pandemi, karyawan ingin bekerja dari rumah rata-rata 2,5 hari sepekan


Minggu, 26 September 2021 / 06:45 WIB
Usai pandemi, karyawan ingin bekerja dari rumah rata-rata 2,5 hari sepekan


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi berkepanjangan yang diikuti perubahan cara kerja dari rumah turut menyebabkan karyawan lebih enggan bekerja kembali dari kantor. Survei bulanan Harvard Business Review yang dirilis Sabtu (25/9) menyebut, karyawan ingin bekerja dari rumah rata-rata 2,5 hari dalam seminggu. 

"Keinginan untuk bekerja dari rumah dan mengurangi perjalanan pulang pergi semakin kuat seiring pandemi yang terus berlanjut, dan banyak dari kita menjadi semakin nyaman dengan interaksi manusia jarak jauh," tulis hasil survei tersebut. 

Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan karyawan sudah nyaman bekerja dari rumah. Penyebaran varian Delta yang cepat juga mengurangi dorongan untuk kembali ke kantor secara penuh dalam waktu dekat. 

Secara keseluruhan, 80% masyarakat AS ingin bekerja dari rumah setidaknya sehari dalam satu minggu. Dari total responden, 8,3% ingin bekerja dari rumah setidaknya 1 hari seminggu, 13,9% memilih dua hari per minggu, dan 13% bekerja dari rumah 3 hari per minggu. Sementara 33,3% memilih kerja dari rumah lima hari per minggu. 

Baca Juga: Ini aturan baru PPKM di luar Jawa-Bali, WFO hingga industri beroperasi 100%

Survei pada Juni-Juli lalu pun berkorelasi positif dengan dengan survei terbaru. Tercatat lebih dari 40% karyawan AS akan mencari pekerjaan baru alias berhenti bila diminta kembali bekerja dari kantor penuh waktu. 

Maka tidak mengherankan, perusahaan seperti Goldman Sachs baru saja mengumumkan kenaikan gaji besar sebesar 30% untuk merekrut karyawan baru seiring dengan keinginan kuatnya mengembalikan karyawan kerja penuh waktu di kantor. Survei menunjukkan orang kulit berwarna dan wanita berpendidikan tinggi yang memiliki anak kecil sangat menghargai bekerja dari rumah. 

Jika bekerja dari kantor kembali diberlakukan, bukan tidak mungkin golongan ini yang akan mengajukan resign lebih dulu. "Ini akan memperburuk masalah yang sudah mendesak di banyak organisasi yang berjuang untuk mempekerjakan dan mempertahankan wanita berbakat dan manajer minoritas," tulis survei. 

Lebih lanjut peneliti menyarankan pemimpin perusahaan mengenali realitas pasar tenaga kerja baru dan beradaptasi. Bekerja penuh waktu di kantor saat tahun 2019 sebelum ada pandemi Covid-19, lebih mudah, tapi tak lagi pada tahun 2021. 

Baca Juga: Ini tantangan dan peluang digital di era pandemi

"Pada tahun 2021, memerintahkan karyawan kembali ke kantor untuk bekerja secara penuh berisiko adanya penyerbuan bakat terbaik ke saingan yang menawarkan pengaturan kerja hibrida," sebut survei tersebut. 

Para pemimpin perusahaan ini bisa meniru caranya Apple memperkerjakan karyawan, yakni 3 hari kerja dari kantor dan 2 hari kerja dari rumah. Kerja dari kantor akan dipenuhi dengan rapat, acara dengan klien, pelatihan, dan sosialisasi. 

Sementara hari-hari bekerja dari rumah untuk pekerjaan yang lebih tenang, yakni analisis data, membaca, dan video conference. Tapi tantangannya setiap perusahaan perlu menemukan model hibrid yang tepat sesuai nilai organisasi di perusahaan tersebut. 

"Jadi, berpikirlah dua kali sebelum memerintahkan karyawan kembali ke kantor lima hari seminggu. Jangan menjadi studi kasus Harvard Business School berikutnya tentang bencana manajerial," tulis HBR.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Survei: Banyak Karyawan Mau Resign Bila Diminta WFO Penuh.
Penulis: Fika Nurul Ulya
Editor: Bambang P. Jatmiko

Baca Juga: Pandemi Covid-19 mempercepat pemanfaatan teknologi digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×