kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,44   -8,07   -0.86%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Vietnam jegal ekspor tekstil Indonesia


Rabu, 03 Januari 2018 / 10:45 WIB
Vietnam jegal ekspor tekstil Indonesia


Reporter: Agung Hidayat, Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia kian sulit. Negara kompetitor utama di kawasan Asean yakni Vietnam telah mendapatkan pembebasan tarif bea masuk produk TPT ke Uni Eropa mulai awal Januari 2018 ini. 

Sementara, Indonesia masih harus bersabar. Pada saat ini masih dalam tahap perundingan melalui perjanjian kerjasama Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement yang diperkirakan selesai di tahun 2019 nanti.  "Di Januari 2018 ini mereka (Vietnam) sudah mendapatkan itu, sehingga place order Vietnam bagi para pembeli Eropa bisa lebih murah antara 11%-15%," terang Ade Sudrajat Usman, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) kepada Kontan.co.id, Selasa (2/1).

Porsi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia ke Uni Eropa cukup besar. Ade menghitung besarannya mencapai 13% sampai 14% dari total ekspor tekstil dan produk tekstil nasional. 

Ade memperkirakan, akibat kebijakan yang diterima Vietnam tersebut kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia ke Uni Eropa tahun 2018 ini akan mengalami penurunan yang cukup signifikan, di kisaran 4%-5%. 

Melihat kondisi pasar yang semakin mengecil, Ade berharap adanya pembukaan negara tujuan ekspor baru. Selain Amerika Serikat, Indonesia masih berpeluang besar untuk memperlebar sayap di negara-negara Asean, Jepang dan Timur Tengah.

Target stagnan

Walaupun berada di masa sulit, ekspor tekstil masih mencatatkan kinerja yang positif di tahun 2017. Ade mengatakan, ekspor tekstil dan produk tekstil mencatatkan  kenaikan 5% dibanding tahun sebelumnya. "Dari US$ 11,8 miliar di  tahun 2016 menjadi US$ 12,4 miliar di tahun 2017," kata Ade.

Kinerja ekspor ini menurut Ade merupakan prestasi bagi industri tekstil dan produk tekstil domestik. Sebelumnya, selama empat tahun berturut-turut ekspor produk ini terus turun. Puncak ekspor terbesar tercatat berada di 2011 dengan raihan sekitar US$ 13 miliar.

Melihat peluang di tahun 2018, Ade enggan mematok tinggi ekspor tekstil dan produk tekstil. Ade hanya berharap, ekspor tekstil dan produk tekstil masih dapat tumbuh. "Paling tidak, bisa stagnan (sama) dengan tahun 2017 kemarin," ucap Ade.

Meski penjualan ekspor banyak kendala, di dalam negeri perusahaan-perusahaan tekstil terpantau tetap melakukan ekspansi bisnis. PT Pan Brothers Tbk (PBRX) misalnya, menyiapkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 30 juta untuk pengembangan anak usahanya, PT Eco Smart Garment Indonesia. 

Begitu pula dengan Produsen bahan baku tekstil PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) yang menyiapkan capex US$ 7 juta. Serta, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang mengumumkan rencana mengakuisisi dua perusahaan pemintalan benang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×