kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Volume ekspor batubara Indonesia turun 10%, nilainya merosot 18%


Selasa, 30 Juni 2020 / 13:36 WIB
Volume ekspor batubara Indonesia turun 10%, nilainya merosot 18%
ILUSTRASI. Realisasi volume ekspor batubara Indonesia sebesar 175,15 juta ton dengan nilai sebesar US$ 7,77 miliar.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar dan harga batubara global yang tertekan pandemi covid-19 mendorong penurunan kinerja ekspor batubara Indonesia. Hingga Mei, volume dan nilai ekspor batubara tercatat anjlok dibanding tahun lalu.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Sujatmiko mengungkapkan, hingga Mei 2020, realisasi volume ekspor batubara Indonesia sebesar 175,15 juta ton dengan nilai sebesar US$ 7,77 miliar.

Menurut dia, volume ekspor periode Januari-Mei 2020 turun 10% dibandingkan realisasi ekspor pada periode yang sama di tahun 2019 yang mencapai 193,82 juta ton. Dari segi nilai, ekspor periode Januari-Mei 2020 itu turun 18% dibandingkan realisasi ekspor pada peridoe yang sama tahun lalu, yang mencapai US$ 9,46 miliar.

Baca Juga: Mitsui hengkang, APLSI: Investor hindari bangun PLTU di Jawa karena oversupply

Sujatmiko bilang, penurunan kinerja ekspor tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan (demand) dari negara pengguna serta pelemahan harga akibat pandemi covid-19. "Ini menjadi PR untuk bagaimana mengamankan atau membuat stabil kinerja batubara kita," kata Sujatmiko dalam webinar yang digelar Selasa (30/6).

Penurunan kinerja ekspor batubara Indonesia tak lepas dari anjloknya permintaan negara-negara tujuan ekspor utama, yakni China, India, Korea Selatan dan Jepang. Bahkan secara global, impor batubara tahun 2020 oleh negara-negara pengguna diperkirakan bakal turun hingga 100 juta ton dibandingkan realisasi impor batubara tahun 2019.

Adapun prognosa ekspor Kementerian ESDM adalah sebesar 435 juta ton hingga akhir 2020. Jumlah itu turun 5% jika dibandingkan volume ekspor batubara tahun 2019. "Kita berharap, volume atau kinerja (ekspor batubara) kita masih bisa di atas 400 juta ton," sebutnya.

Baca Juga: DBS prediksi lima investasi teratas yang menarik di kuartal III 2020, apa saja?

Sujatmiko juga berharap kinerja ekspor batubara bisa kembali menanjak pada tahun 2021 dan 2022 seiring dengan penguatan permintaan akibat pemulihan ekonomi global dan teratasinya covid-19. Dalam upaya menjaga kinerja ekspor tersebut, sambung Sujatmiko, pemerintah terus berupaya untuk menjajaki pasar ekspor batubara seperti Bangladesh, Pakistan, Vietnam, dan Brunei Darussalam.

Jika sebelumnya pasar di negara-negara tersebut belum tergali dan masih berdasarkan business to business (B2B), maka pemerintah lebih mengintensifkan kontak dengan negara-negara tersebut yang diperkuat melalui relasi government to government (G2G). "Kita market sounding. Kita dorong, fasilitasi untuk mempromosikan keunggulan batubara dari Indonesia," kata Sujatmiko.

Baca Juga: Harga Batubara Mulai Memanas, Begini Proyeksi ke Depan

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyambut baik penjajakan pasar ekspor tersebut. Hanya saja, Hendra menilai bahwa hal tersebut tidak akan mudah.

Menurut Hendra, dalam waktu dekat ekspor batubara Indonesia belum bisa berharap banyak terhadap pasar baru. Selama masa pandemi ini, berkurangnya permintaan dari China dan India memang berpengaruh signifikan. Maklum, China dan India memegang porsi sekitar 60% dari total ekspor batubara Indonesia.

"Ketidakpastian ke depan (selama masa covid-19) masih menghantui. Ekspor masih terkonsentrasi di pasar Tiongkok dan India. Demand sangat tergantung dari recovery ekonomi," kata Hendra.

Baca Juga: Turun hari ini, harga minyak masih melesat 32% di kuartal kedua

Hendra menyatakan, kondisi pasar dan harga saat ini sangat menyulitkan perusahaan batubara, khususnya untuk perusahaan berskala kecil yang harga jualnya tidak menutupi ongkos produksi. Hendra membeberkan, di tengah pandemi covid-19, demand berkurang namun pasokan masih terus bertambah. Sebab, kinerja operasional atau produksi batubara relatif stabil dan tidak terganggu covid-19.

Untuk menyiasati kondisi oversupply itu, Hendra pun meminta agar pemerintah bisa mengendalikan produksi batubara di tahun ini. Meski begitu, Hendra mengatakan bahwa pengendalian produksi memang tidak mudah karena setiap perusahaan memiliki strategi tersendiri untuk mempertahankan kinerja dan pasarnya.

"Kondisi sekarang sangat sulit. Sebagai eksportir terbesar, kita bisa berperan untuk supply cut, bagaimana produksi dikendalikan," sebut Hendra.

Baca Juga: Tren harga komoditas membaik, harga batubara berpotensi terus menanjak

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, realisasi produksi batubara nasional hingga Mei mencapai 228 juta ton atau 42% dari target 550 juta ton di tahun 2020. Sedangkan realisasi domestic market obligation (DMO) hingga Mei sebesar 43,75 juta ton atau 28% dari target 155 juta ton. Namun hingga akhir tahun, proyeksi capaian DMO diperkirakan hanya menyentuh 141 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×