Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sujatmiko juga berharap kinerja ekspor batubara bisa kembali menanjak pada tahun 2021 dan 2022 seiring dengan penguatan permintaan akibat pemulihan ekonomi global dan teratasinya covid-19. Dalam upaya menjaga kinerja ekspor tersebut, sambung Sujatmiko, pemerintah terus berupaya untuk menjajaki pasar ekspor batubara seperti Bangladesh, Pakistan, Vietnam, dan Brunei Darussalam.
Jika sebelumnya pasar di negara-negara tersebut belum tergali dan masih berdasarkan business to business (B2B), maka pemerintah lebih mengintensifkan kontak dengan negara-negara tersebut yang diperkuat melalui relasi government to government (G2G). "Kita market sounding. Kita dorong, fasilitasi untuk mempromosikan keunggulan batubara dari Indonesia," kata Sujatmiko.
Baca Juga: Harga Batubara Mulai Memanas, Begini Proyeksi ke Depan
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menyambut baik penjajakan pasar ekspor tersebut. Hanya saja, Hendra menilai bahwa hal tersebut tidak akan mudah.
Menurut Hendra, dalam waktu dekat ekspor batubara Indonesia belum bisa berharap banyak terhadap pasar baru. Selama masa pandemi ini, berkurangnya permintaan dari China dan India memang berpengaruh signifikan. Maklum, China dan India memegang porsi sekitar 60% dari total ekspor batubara Indonesia.
"Ketidakpastian ke depan (selama masa covid-19) masih menghantui. Ekspor masih terkonsentrasi di pasar Tiongkok dan India. Demand sangat tergantung dari recovery ekonomi," kata Hendra.
Baca Juga: Turun hari ini, harga minyak masih melesat 32% di kuartal kedua