Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
SHENZHEN. PT XL Axiata Tbk (XL) "menikahi" PT Huawei Tech Investment penyedia solusi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang berpusat di Shenzhen, China. Kedua perusahaan bermitra untuk pengelolaan jaringan telekomunikasi, pengelolaan layanan value added service (VAS) dan pembangunan layanan komputasi awan (cloud computing).
Selama ini, ketiga bidang tersebut dijalankan sendiri oleh XL, sebagai operator selular. Dengan kesepakatan managed service tersebut, XL mempercayakan pekerjaan yang tadinya dilakukan oleh operator kepada pihak lain, dalam hal ini Huawei. Kesepakatan ini telah tercapai sejak Januari 2012 lalu, dan secara resmi dimulai sejak April 2012 untuk tujuh tahun ke depan. Salah satunya "ditandai" dengan pengalihan 1.290 karyawan XL menjadi karyawan Huawei yang rampung awal bulan ini.
Chief of Technology, Content & New Business XL Dian Siswarini usai penandatanganan banner Operational Launch kerjasama XL-Huawei di Shenzhen, Kamis (19/4) menegaskan, pengalihan 1.290 karyawan XL ke Huawei bukan karena XL kekurangan dana. "Lantas tujuannya apa? Apa kehabisan modal? nggak lah, XL duit kita punya, boleh ditanyakan ke Huawei pembayaran kita ke Huawei lancar banget," ungkapnya.
Dini lantas menjelaskan alasan yang mendasari kerjasama manager service XL-Huawei. "Pertama, XL ingin hidup atau sustain jangka panjang. Dunia telko berubah, kita melihat beyond 2020. Kira-kira network XL akan mempunyai 120 ribu BTS. Dengan skala sebesar itu, kalau kita melakukan dengan cara seperti sekarang, tidak mungkin tercapai. Sebab kita tidak mungkin terus mengembangkan organisasi, terutama organisasi di network," kata Dini.
Alasan kedua, kata Dini, XL pun mempunyai proyeksi untuk masuk ke dalam vertical bisnis yang ada, seperti finance, advertising, dan commerce. "Kalau kita masuk ke dunia luas, kita tidak bisa melakukan lebih dalam untuk hal teknis, salah satunya operasional network," kata Dini.
Dengan demikian, pengalihan 1.290 karyawan kepada Huawei adalah 'akibat' dari kesepakat tersebut. "Kita tidak punya masalah. Namun rasionalisasi itu bukan tujuan, melainkan akibat dari managed service ini," tegas Dini. "Cost labor 1.290 itu nggak gede, cuman 10 persen dari total network cost. Jadi itu bukan tujuan," sambungnya.
Lebih jauh Dini mengatakan, periode kerjasama tujuh tahun dipilih karena diperkirakan rentang waktu tersebut merupakan periode yang 'managable'. "Sebenarnya ini point of no return. Kenapa hanya tujuh tahun, ini untuk membuat suatu kontrak bisnis, nggak mungkin jangka panjang. Tapi kami pikir tujuh tahun managable. Tapi targetnya adalah supaya jalan terus. Kita maunya ini jalan terus, seperti kawin," kata Dini.
General Manager Shared Service Human Capital Development XL M Hira Kurnia menambahkan, perpindahan karyawan berlangsung mulus dan tanpa gejolak. "Dari semua karyawan yang pindahkan, semua yang diberikan tidak kurang satu rupiah pun sesuai ketentuan. Bahkan Huawei komit menambahkan 4,6% pertambahan salary dari masing-masing karyawan. Sehingga cost tidak menjadi faktor, kita menyasar akan lebih produktif dengan kerjasama ini," tegas Hira. (Glori K. Wadrianto/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News